irenacenter.com

irenacenter.com

Sabtu, 18 Juni 2016

Sekularisme, Propaganda Anti Agama Lumpuhkan Ummat


Oleh: Hj. Irena Handono

ISLAM bukan sekadar 'dakwah agama'. Islam bukan hanya sekadar keyakinan atau hubungan ruhani antara individu dengan Rabb-nya sehingga tidak memiliki hubungan sama sekali dengan urusan-urusan materi dalam kehidupan dunia ini. Seperti perkataan mereka, "agama adalah satu hal, dan politik adalah hal lain".

Pengebirian Islam yang hanya boleh berbicara pada wilayah spiritual saja dan dibatasi untuk tidak masuk pada persoalan-persoalan politik merupakan upaya pembatasan-pembatasan yang akhirnya berujung pada peniadaan ajaran Islam sebagai satu-satunya hukum yang mengatur manusia. Dan inilah yang disebut sebagai sekularisme.

Islam tidak bisa lepas dari berbicara tentang harta, perang dan juga politik. Karena ajaran Islam adalah mengatur tentang segala hal urusan dunia dan tidak terbatas hanya berbicara di wilayah spiritual saja.

Negara Islam
 
Islam memandang negara adalah sebagai penyelenggara atau pelayan manusia. Dan tiap manusia mempunyai kewajiban untuk beribadah pada sang Khaliq nya. Untuk itu sebuah negara harus memfasilitasi dengan perundang-undangan dan perangkat penegak hukum demi melayani kemudahan dan keteraturan tiap pribadi/warga negara dalam menjalankan kewajibannya.

Sebuah negara dengan sistem Islam dan undang-undang Islam akan menjamin keadilan, kesejahteraan semua warganya termasuk non-muslim. Melindungi warganya dari pemaksaan aqidah (pemurtadan), menjaga harta tiap-tiap warga, menghargai intelektualisme dan menjaga jiwa, martabat manusia. Islam menolak kapitalisme, imperialisme yang berujung pada penguasaan kekayaan pada sebagian kecil orang dan penjajahan manusia atas manusia yang lain.

Dr. V. Fitzgerald berkata: "Islam bukanlah semata agama (a religion), namun ia juga merupakan sebuah sistem politik (a political systems). Meskipun pada dekade-dekade terakhir ada beberapa kalangan dari umat Islam, yang mengklaim diri mereka sebagai kalangan 'modernis', yang berusaha memisahkan kedua sisi itu, namun seluruh gugusan pemikiran Islam dibangun di atas fundamental bahwa kedua sisi itu saling bergandengan dengan selaras, yang tidak dapat dapat dipisahkan satu sama lain".

Prof. C. A. Nallino berkata: "Muhammad telah membangun dalam waktu bersamaan: agama (a religion) dan negara (a state). Dan batas-batas teritorial negara yang ia bangun itu terus terjaga sepanjang hayatnya".

Dr. Schacht berkata : " Islam lebih dari sekadar agama: ia juga mencerminkan teori-teori perundang-undangan dan politik. Dalam ungkapan yang lebih sederhana, ia merupakan sistem peradaban yang lengkap, yang mencakup agama dan negara secara bersamaan".

Prof. R. Strothmann berkata : "Islam adalah suatu fenomena agama dan politik. Karena pembangunnya adalah seorang Nabi, yang juga seorang politikus yang bijaksana, atau "negarawan".

Prof D.B. Macdonald berkata : "Di sini (di Madinah) dibangun negara Islam yang pertama, dan diletakkan prinsip-prinsip utama undang-undang Islam".

Sir. T. Arnold berkata : " Adalah Nabi, pada waktu yang sama, seorang kepala agama dan kepala negara".

Prof. Gibb berkata : "Dengan demikian, jelaslah bahwa Islam bukanlah sekadar kepercayaan agama individual, namun ia meniscayakan berdirinya suatu bangun masyarakat yang independen. Ia mempunyai metode tersendiri dalam sistem kepemerintahan, perundang-undangan dan institusi".

Sekularisme Melumpuhkan Gereja

Sekularisme lahir di barat. Saat itu kerajaan-kerajaan di barat menganut sistem pemerintahan teokrasi. Dalam sistem ini kepemimpinan sebuah kerajaan sangat tergantung pada pemuka-pemuka agama/pendeta. Namun gereja gagal memberikan konsep kepemimpinan yang membawa kemaslahatan bagi umat. Terbukti sekian tahun dengan sistem teokrasinya, negara-negara barat diliputi masa kegelapan yang menyedihkan.

Sehingga kemudian muncullah konsep-konsep pemikiran yang menentang gereja, antara lain : sekularisme, modernisme, dan liberalisme. Konsep-konsep ini sukses membuat gereja lumpuh.

Sebagai contoh, di Amsterdam, yang 200 tahun lalu 99 persen penduduknya beragama Kristen, sekarang tinggal 10 persen saja yang dibaptis dan ke gereja. Kebanyakan mereka sudah tidak terikat lagi dalam agama atau sudah menjadi sekuler. Di Perancis, yang 95 persen penduduknya tercatat beragama Katolik, hanya 13 persennya saja yang menghadiri kebaktian di gereja seminggu sekali.

Pada tahun 1987, di Jerman, menurut laporan Institute for Public Opinian Research, 46 persen penduduknya mengatakan, bahwa "agama sudah tidak diperlukan lagi". Di Finlandia, yang 97 persen Kristen, hanya 3 persen saja yang pergi ke gereja tiap minggu. Di Norwegia, yang 90 persen Kristen, hanya setengahnya saja yang percaya pada dasar-dasar kepercayaan Kristen. Juga, hanya sekitar 3 persen saja yang rutin ke gereja tiap minggu.

Di negara-negara Kristen Barat itu, nilai-nilai agama Kristen sudah hancur. Masyarakat sudah tidak peduli nilai-nilai Kristen. Pemimpin yang jelas-jelas melakukan kejahatan seksual seperti Bill Clinton tetap dipilih. Bahkan, hal-hal yang jelas-jelas ditentang oleh Kristen, seperti homoseksualitas dan aborsi, sudah menjadi tradisi. Semua itu adalah akibat arus sekularisasi dan liberalisasi.

Menghancurkan Muslim dengan Sekularisme

Lalu bagaimana menghancurkan muslim yang hampir setiap negerinya memiliki  kekayaan sumber alam yang melimpah? Maka sistem Islam dan perundang-undangan Islam tidak boleh menjadi hukum yang berlaku. Muslim dibuat sedemikian agar jauh dari nilai-nilai dan hukum Islam. Sehingga dengan demikian menjadi sasaran empuk bagi pemurtadan.

Mereka paham, bahwa sekularisme adalah senjata pemusnah massal yang ampuh untuk memusnahkan nilai-nilai agama, sebagaimana yang terjadi di wilayah Kristen. Dan senjata inilah yang mereka pakai terhadap muslim. Upaya pengembalian partai-partai pada azas tunggal dan pelarangan azas Islam, jelas sudah sesuai dengan agenda misionaris.

Cara misionaris yang lain adalah, tidak perlu langsung mengubah keyakinan muslim, namun cukup dengan melemahkan keyakinannya dan membentuk pola pikir muslim menjadi sama dengan pola pikir kaum kafir.

Demikian juga propaganda anti-agama, mencemoohkan agama, dan menghapuskan kepercayaan sama sekali kepada adanya Allah, itupun dikerjakan pula oleh orang kafir dengan mengeluarkan belanja yang besar. Yang menjadi sasaran tiada lain adalah negeri-negeri Islam.

Karena itu, kita dapat pahami bahwa sekularisme adalah program misionaris di Indonesia. Kepentingan mereka adalah melemahkan aqidah dan akhlak kaum Muslim. Tetapi, dapatkah kita memahami, jika ada umat atau tokoh politik atau tokoh Islam yang mengkampanyekan hal yang sama dengan kelompok misionaris itu? Wallahu a'lam bishowab.
***

Kamis, 16 Juni 2016

Islam Banyak Difitnah Karena Kesempurnaannya

Hj. Irena Handono
Banyaknya fitnah yang menimpa kalangan umat Muslim, tak lepas dari sifat agama Islam yang sempurna. Demikian disampaikan Irena Handono, pendakwah Islam dalam temu akbar tokoh mualaf, Rabu (28/12) di Masjid Pondok Indah.

"Fitnah terjadi karena kesempurnaannya. Mereka iri dan dengki dengan kesempurnaan tersebut," ujar dia kepada para jamaah masjid yang mengikuti kajian dengan tema 'Mengapa Kita Harus Memilih Islam'.

"Andaikata Islam agama yang kurang atau jelek tentu tak ada fitnah," kata mantan biarawati yang telah memeluk Islam sejak tahun 1983 ini.

Fitnah yang diderita oleh umat Muslim membawa dampak yang cukup parah. Secara sederhana, ia membandingkan remaja masjid yang jumlahnya jauh lebih sedikit dengan remaja mal.

Agar terhindar dari fitnah, ia mengimbau kepada umat muslim agar senantiasa mencari ilmu. Jumlah pemeluk Islam yang terus bertambah di Barat tak lepas dari minat baca yang sangat besar dari mereka.

"Islam banyak dihujat, tapi semakin difitnah, justru semakin banyak orang yang tertarik mempelajarinya," kata dia.

Banyak jawaban tentang segala penasaran tersebut yang bisa didapatkan jawabannya dalam buku-buku Islam. Keadaan muslim di Barat cukup berkebalikan dengan kondisi Muslim di Indonesia. "Banyak umat Islam (Indonesia) yang sudah meninggalkan iqro," tambah dia.

Iqro yang dimaksud bukanlah buku panduan membaca Alquran yang terdiri dari enam jilid, Iqro yang Irena maksud adalah soal membaca dan mencari ilmu.

(Dikutip dari http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/11/12/29/lwxx8q-islam-banyak-difitnah-karena-kesempurnaannya)