irenacenter.com

irenacenter.com

Rabu, 09 November 2016

Kritikan Hajjah Irena Handono terhadap Prof. Syafi’i Ma’arif

Seringkali pendapat seorang profesor dianggap “selalu benar” padahal tidak selamanya demikian. Contoh : tulisan Prof Syafii Ma’arif yang dimuat di Republika, Rubrik Resonansi, hal.12, tanggal 21 Nopember 2006.

Ketika itu Syafii Ma’arif mencoba menafsirkan Qs.Al-Baqarah : 62, dengan memberi kesan bahwa Al-Quran mengesahkan semua penganut agama : Nasrani, Yahudi dan Sabi’in akan menjadi penghuni surga, hanya dengan berbuat kebajikan.

Hal itu ditempuh dengan mengutip tafsir Al-Azhar karya mufassir yang mulia Prof. DR. Hamka. Padahal isi tafsir Prof.DR. Hamka tidak demikian.

Karenanya saya mencoba meluruskan pendapat Syafii Ma’arif agar tidak menyesatkan umat, dengan cara membuat tanggapan atas tulisan tersebut.

Tanggapan tersebut saya lepaskan kepada pembaca melalui jalur internet. Semoga upaya ini menjadi ibadah bagi saya.

Bekasi, 27 Nopember 2006

Hajjah Irena Handono

———— ——— ——— ——— ——— ——— ——— ——— ——— ———

KETIKA MURID MENELIKUNG SANG GURU

Ahmad Syafii Maarif, bekas ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menerima pesan singkat dari jenderal polisi yang bertugas di Poso. Sang jenderal minta Syafii membantunya memahami ayat 62 surat Al-Baqarah. Jenderal itu berharap makna ayat itu akan membantunya mengurai konflik yang terjadi di Poso. (Harian Republika, Selasa 21 November 2006 )

Syafii Maarif merujuk ke kitab gurunya Prof. DR. Hamka yakni Tafsir Al- Azhar. Sayangnya buku tafsir itu dibaca dengan fikiran yang berkabut. Kesimpulannya, hal-hal yang benar dari Hamka tertutup dan memunculkan pemikiran Syafii Maarif sendiri

Menurut Syafii Maarif, Hamka adalah seorang mufassir yang berani. Saya setuju dan benar sekali. Bahkan beliau sudah menafsirkan ayat-ayat Allah dengan tepat dan gamblang, termasuk surat Al-Baqarah ayat 62 dan Al-Maidah ayat 69 serta Ali Imran ayat 85 yang terkait dengan ayat 62 surat Al- Baqarah.

Tafsir Hamka terhadap surat Al-Baqarah ayat 62: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang-orang yang jadi Yahudi dan Nasrani dan Shabiin, barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian dan beramal yang shaleh, maka untuk mereka adalah ganjaran di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berduka cita “

Surat AlMaidah ayat 69: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang Yahudi dan (begitu juga) orang Shabiun, dan Nashara, barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, dan diapun mengamalkan amal yang shaleh, maka tidaklah ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berduka cita.”

Merujuk pada Tafsir Al Azhar. karya Prof.DR Hamka, seharusnya Syafii Maarif bisa menjawab pertanyaan sang jenderal polisi dengan tegas dan benar. Sebab pada buku juz 1 halaman 212, Hamka menyatakan sebagai berikut :
”di dalam ayat ini dikumpulkanlah keempat golongan ini menjadi satu. Bahwa semua mereka tidak merasakan ketakutan dan dukacita asal saja mereka sudi beriman kepada Allah dan Hari Akhirat dan diikuti dengan amal yang saleh. Dan keempat-empat golongan itu lalu beriman kepada Allah dan Hari Akhirat itu akan mendapat ganjaran di sisi Tuhan mereka.”

Jadi, penafsiran Prof DR Hamka, bukan tentang toleransi antar ummat beragama, tapi yang paling pokok adalah keempat golongan itu hendaknya beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Itulah syarat mutlak untuk mendapatkan ganjaran disisi Tuhan mereka. Mestinya penafsiran yang gamblang ini jangan lagi diberi bayang-bayang kabut, karena tidak ada ayat Al Quran yang saling bertentangan, tapi justru saling melengkapi.

Sebaliknya, Syafii Maarif “menjejalkan” fikirannya dengan menggambarkan Hamka (gurunya) sebagai seorang yang rindu akan dunia yang aman untuk didiami oleh siapa saja, mengaku beragama atau tidak, asal saling menghormati dan saling menjaga pendirian masing-masing Jadi, seolah-olah Hamka menyatakan beragama atau tidak bukan masalah, toh semua agama sama.

Saran saya supaya tidak terkesan menelikung pemikiran Prof. Hamka, hendaknya Syafii Maarif juga mengutip pemikiran beliau pada halaman 214 dan 215 yaitu,
”kerapkali menjadi kemuskilan bagi orang yang membaca ayat ini, karena disebut yang pertama sekali ialah orang-oang yang beriman, kemudiannya baru disusul oleh Yahudi, Nashrani dan Shabiin. Setelah itu disebutkan bahwa semuanya akan diberikan ganjaran oleh Tuhan apabila mereka beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, lalu beramal yang saleh. Mengapa orang yang beriman disyaratkan beriman lagi ?”

Lebih jauh Hamka berpendapat, “setengah ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud disini barulah iman pengakuan saja. Misalnya mereka sudah mengucapkan dua kalimah syahadat, mereka telah mengaku dengan mulut, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad utusan Allah. Tetapi pengakuan tadi baru pengakuan saja,belum diikuti oleh amalan, belum mengerjakan rukun Islam yang lima perkara, maka iman mereka itu masih sama saja dengan iman Yahudi, Nashrani dan Shabiin. Apatah lagi orang Islam peta bumi saja atau Islam turunan, maka Islam yang semacam itu masih sama saja dengan Yahudi, Nashrani dan Shabiin. Barulah keempat itu terkumpul menjadi satu, apabila semuanya memperbaharui iman, kembali kapada Allah dan Hari Akhirat, serta mengikutinya dengan perbuatan dan pelaksanaan.”

Itulah syarat mutlak sehingga keempat golongan itu menjadi satu dan padu yaitu beriman kepada Allah, Hari Akhir dan beramal shaleh. Adapun yang tidak dikutip oleh Syafii Maarif sehingga pemikirannya berkabut adalah kalimat Prof. Hamka pada halaman 215 yaitu, “Apabila telah bersatu mencari kebenaran dan kepercayaan, maka pemeluk segala agama itu akhir kelaknya pasti bertemu pada satu titik kebenaran.”

Ciri yang khas dari titik kebenaran itu adalah menyerah diri dengan penuh keikhlasan kepada Allah yang SATU ; itulah Tauhid, itulah Ikhlas, dan itulah Islam ! Maka dengan demikian orang yang telah memeluk Islam sendiripun hendaklah menjadi Islam yang sebenarnya. Inilah sebenarnya pemikiran Islami dari Prof. DR. Hamka yang ditelikung oleh Syafii Maarif, sang murid.

Di sisi lain, pernahkah terfikirkan oleh Syafii Maarif bahwa keyakinan Kristiani menyatakan Allah dalam Al Quran bukan Tuhan dalam Bible (Lihat buku .The Islamic Invasion, karya Robert Morey, edisi Bahasa Indonesia, Halaman 62, yang isinya sebagai berikut: “Ketika kita bandingkan sifat-sifat Tuhan Al Kitab (Bible) dengan sifat-sifat Tuhannya Al Quran, muncul dengan jelas, bahwa keduanya bukanlah dari Tuhan yang sama!” Bahkan pada halaman yang sama tertulis bahwa : ”Latar belakang sejarah mengenai asal-usul dan makna kata Arab “Allah” bukanlah Tuhan yang menjadi sesembahan orang Yahudi dan orang Kristen. Allah hanyalah suatu berhala Dewa Bulan bangsa Arab yang dimodifikasi dan ditingkatkan maknanya.”

Pada halaman yang sama Robert Morey mengutip pendapat Doktor Samuel Schlorff, yang menyatakan dalam tulisannya mengenai perbedaan mendasar antara Allah dalam Al Quran dan Tuhan dalam Al Kitab (Bible) sebagai berikut : ” Saya percaya bahwa kunci masalahnya adalah pertanyaan mengenai hakekat Tuhan dan bagaimana Tuhan berhubungan dengan ciptaannya ; Islam dan Kristen, meskipun mempunyai kesamaan secara formal, sesungguhnya sangat jauh berbeda dalam masalah tersebut.”

Nah marilah kita merenung kembali, samakah semua agama, samakah semua kitab suci ? Dan seharusnya Syafii Maarif meyakini bahwa : ”satu-satunya agama di sisi Allah adalah Islam.”

Bekasi, Rabu 22 Nopember 2006

Hajjah Irena Handono
Pendiri Irena Center,
Ketua Umum Gerakan Muslimat Indonesia (GMI),
Penasehat Muslimah Peduli Ummat (MPU).

Kamis, 13 Oktober 2016

Hermeneutika Merusak Al-Quran


Oleh: Hj Irena Handono, Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center.

Seorang Yahudi Jerman Paul Schmidt menulis sebuah buku dengan judul “Islam, The Power of Tomorrow” yang terbit pada 1936. Dalam buku tersebut ia mengatakan bahwa kehebatan Islam ada tiga, yakni “their faith”, “their wealth” dan “their vertility”.

Their Faith, ia menjelaskan bahwa keimanan umat Islam tergantung dari pada bukunya (Alquran). Their Wealth, ia mengatakan bahwa bumi yang didiami oleh Muslim sangatlah kaya, baik di atasnya maupun di bawahnya. Dan ia mengimbau agar tidak membiarkan Muslim mengolah sendiri kekayaan alamnya. Their Fertility, kesuburan umat Islam. Paul Schmidt mengatakan, “Hai Barat, suatu saat nanti di mana pun kalian menginjakkan kaki, kalian akan bertemu orang Islam.” Maka kemudian dibuatlah program kontrol kelahiran (Birth Control/Family Planning).

Hermeneutika

Salah satu cara menjauhkan Muslim  dari Alquran adalah dengan penggunaan teori Hermeneutik. Apakah Hermeneutik? Hermeneutik adalah ilmu tafsir dalam Kristen. Ada beberapa metode tafsir dalam Kristen, yakni a. Exegese (mengungkap kebenaran berdasarkan bahasa asli, sehingga kebenaran akan muncul dengan sendirinya); b. Eisegese (merohanikan yang sudah rohani. Ide manusia yang didukung dengan ayat); dan c. Alegoris (merohanikan benda sebagai simbol yang memiliki arti).

Hermeneutika ini sebenarnya dibutuhkan untuk gereja bukan untuk Islam. Semua rohaniawan Kristen membutuhkan ilmu ini agar jelas, tidak salah dalam menyampaikan pesan Bibel. Dengan exegese ingin dicapai suatu kesimpulan bahwa yang benar adalah Bibel. Seseorang yang mempelajari metode exegese terhadap Bibel, orang tersebut tanpa sadar dibangun keyakinannya menjadi semakin kuat terhadap Bibel bahwa Bibel itulah yang benar. Sampai pada akhirnya mereka akan meyakini bahwa tidak ada lagi pewahyuan.  

Dengan exegese itu ingin ditampilkan bahwa Bibel itu kitab suci yang tidak bercacat dan itu adalah kebenaran yang mutlak. Bibel dijadikan standar yang absolut. Ketika rohaniawan Kristen mempelajari exegese akan mempunyai pemikiran bahwa kitab selain Bibel adalah tidak benar.

Menyelamatkan Ayat-ayat Bibel

Sebagai contoh hermeneutika, ada dua buah surat yang satu ditulis pada tahun 1969 dan yang satunya ditulis pada tahun 1972. Secara eksplisit keduanya kalimatnya sama. Surat yang pertama ditulis, "Untuk yang terhormat Tante Girang". Surat yang kedua ditulis dengan redaksi yang sama, "Untuk yang terhormat Tante Girang". Ketika kita meminta pendapat pada orang, apakah makna kalimatnya sama? Maka pada umumnya orang akan berpikir negatif karena ditujukan kepada Tante Girang. Tapi ketika dipelajari dengan metode tafsir hermenuetik, akan dilihat sejarah perkembangan istilahnya, latar belakang penulisan. Ternyata surat itu ditulis pada tahun 1969 yang berbeda dengan tahun 1972. Pada tahun 1969 ketika itu istilah Tante Girang tidak bermakna negatif, tapi justru positif yang menggambarkan seorang Ibu yang bahagia yang walaupun tidak dikaruniai anak bertahun-tahun tetapi tetap bahagia dan bersyukur.

Namun selepas tahun 1972, makna istilah Tante Girang mengarah pada seorang perempuan yang tidak pernah puas dalam hal hubungan biologis. Nah ketika dalam Bibel ditemukan kalimat yang porno atau sadis, maka orang akan bilang "Oh itu pelecehan". Tapi ketika dicek dengan metode hermeneutik ternyata maknanya tidak seperti itu. Maka dengan hermeneutik orang akan digiring untuk meyakini bahwa Bibel itu tidak bercacat.

Mementahkan Hukum dalam Alquran

Kaum SEPILIS-JIL berkali-kali mempermasalahkan kalimat “Penafsiran Menyimpang” di sidang Mahkamah Konstitusi Penodaan Agama sebagai alasan agar Mahkamah Konstitusi mencabut UU No.1 PNPS th.1965. Menurut kaum SEPILIS-JIL negara tidak bisa membatasi sebuah 'penafsiran' atas sebuah nilai-nilai agama apalagi menentukan menyimpang atau tidak. Sementara informasi di luar yang beredar mengatakan bahwa ada proyek dari kalangan JIL untuk membuat tafsir baru atas Alquran dengan metode Hermeneutika.

Jika ilmu tafsir ini digunakan pada Alquran maka bukan mengokohkan ayat-ayat Alquran tapi justru malah akan membuat semua syariat-syariat yang terkandung dalam Alquran sebagai aturan-aturan yang tidak mengikat atau dengan kata lain, akan mementahkan Alquran sebagai hukum yang mengikat manusia. Maka sesungguhnya inilah niatan dari mereka untuk menjauhkan Muslim dari Alquran seperti yang disampaikan Paul Schmidt di atas.[]

Minggu, 02 Oktober 2016

Muharram, Momentum Ummat Islam Bangkit Hadapi Gempuran


Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saudaraku, dalam beberapa hari belakangan, kita ummat Islam, tengah merasa resah atas begitu maraknya fitnah dan hujat yang bertubi-tubi mengampiri kita. Konspirasi itu nampak tersusun rapi, dan seolah benar-benar berusaha untuk mencuci otak ummat dengan satu tujuan: pendangkalan aqidah.

Akibatnya, banyak ummat merasa marah dengan “serangan” ini. Pembelaan terhadap Allah dan Rasul-Nya tergenapkan tanpa komando, seakan muncul dari relung-relung jiwa yang tergelap sekalipun dari diri manusia. Demonstrasi, aksi protes, hingga tiada dipungkiri berujung pula pada aksi-aksi anarkisme.

Mari kita telaah terlebih dahulu ayat Allah dalam QS An-Nahl: 125, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Saudaraku, Allah telah memerintahkan kita untuk menyeru umat manusia dengan hikmah yang baik: kita nyatakan yang haq adalah haq, dan yang batil adalah batil. Dan jika kita kaji salah satu sifat dari 99 Asma Allah adalah Al-Lathiif yang berarti Maha Lembut.

Sekarang, mari kita coba hubungkan ayat Allah dalam QS An-Nahl:125 dengan keMahaLembutan Allah. Dari sini kita dapat menarik simpulan bahwa Allah menghendaki kita untuk menyampaikan suatu kebenaran, atau meluruskan kesalahan dengan kelembutan, bukan dengan kekerasan.

Sebagaimana Allah Yang Maha Lembut memberi hidayah kepada ummatNya dengan proses yang lembut pula, jangan sampai apa yang diasumsikan sebagai pembelaan terhadap Islam, justru jauh keluar dari ajaran Islam.

Di sinilah, kita dihadapkan pada wujud bakti kita kepada Allah. Perlu diingat bahwa konspirasi fitnah dan hujat musuh-musuh Islam telah menjadi pelontar agar kita turut terjun dalam “permainan” mereka. Permainan yang disebut ghazwul fikr.

Dalam arena ini, satu hal yang perlu kita ingat bahwa permainan ini tidak akan pernah bisa kita selesaikan jika kita tidak memiliki alat yang tepat. Ibarat sepak bola dilengkapi dengan bola dan gawangnya, ghazwul fikr harus dilengkapi dengan ilmu dan aqidah yang kuat.

Intanshurullaha yanshurkum, wa yutsabbit aqdaamakum. Janji Allah telah begitu gamblang dalam QS Muhammad ayat 7. Pertolongan dan peneguhan derajat dari Allah menjadi “skor akhir” apabila kita mampu melibas lawan dalam permainan ghazwul fikr ini.

Subhanallah, lihatlah saudaraku, betapa mulianya perintah Allah kepada kita. Kita diperintah untuk mendakwahkan kebenaran tanpa pemaksaan, namun Allah janjikan kebaikan apabila kita mampu melakukannya. Ibarat mata uang, di satu sisi kita mampu berbakti pada Allah, dan di sisi yang lain janji Allah begitu nyata adanya.

Saudaraku, Allah telah mengingatkan, “Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.” (QS. Al-Baqarah :109).

Inilah wanti-wanti yang harus kita pahami bersama. Dan kondisi ini menuntut perubahan yang begitu fundamental dalam diri ummat. Perubahan ini harus kita lakukan bersama. Sinergitas harus ditata dengan baik.

Firman Allah, “...Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (QS Ar-Ra’d: 11).

Jika ditarik dari sudut pandang ghazwul fikr tadi, maka, bagaimana mungkin permainan ini dapat diselesaikan tanpa kita berusaha untuk membekali diri kita dengan ilmu sehingga kita mampu mengubah kekacauan ini? Ibda’ binafsik adalah fondasi utama, dan selanjutnya sebagaimana perintah Allah, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah...”(QS Ali-Imran:110)

Sehingga dari sinilah bakti kita kepada Allah dapat dimulai, dan mulai detik ini juga. Mengapa harus takut untuk berbakti kepada Allah lewat jalan dakwah, jika Nabi Ismail yang berusia kanak-kanak sudah begitu berserah atas ketetapan-Nya?

Hendaknya keikhlasan Nabi Ismail harus menjadi teladan bagi kita dalam mengarungi bahtera duniawi yang fana ini. Allah berfirman, “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad:7).

Jadi, kapan lagi berbakti jika bukan mulai saat ini ? Wallahu waliy at taufiq.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

IRENA CENTER



Kamis, 22 September 2016

RILIS PERS IRENA CENTER: AKUN SOSMED USTAZAH IRENA HANDONO DIPALSUKAN

RILIS PERS IRENA CENTER: AKUN SOSMED USTAZAH IRENA HANDONO DIPALSUKAN

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wrwb. Puji syukur kepada Allah SWT. Shalawat serta salam kita haturkan pada Nabi junjungan kita Muhammad saw, keluarga, sahabat serta ummat nya hingga akhir zaman.

Akun Twitter Umi Hj.Irena Handono dipalsukan. Manajemen Irena Center mendapat informasi mengenai pemalsuan tersebut kemarin 20/9/2016 dari salah seorang netizen yang dikirimkan melalui WhatsApp kami untuk meminta klarifikasi.

Akun palsu tersebut memiliki username @ummi_lrena (huruf L kecil), sekilas memang seperti huruf ‘i’. Menggunakan DP foto Umi dan gambar background foto kegiatan Umi. Sedangkan Akun ASLI milik Umi Hj.Irena Handono adalah @ummi_irena. Akun palsu hanya memiliki 84 follower, sedangkan akun asli memiliki 66.400 follower.

Pada akun palsu tersebut diatas username tertulis "DKI butuh Ahok", sedangkan pada akun asli tertulis "Irena Handono".

Setelah penyelidikan tim Irena Center lebih lanjut, kami menemukan fakta al:

• Akun Twitter palsu yang mengatas namakan Umi Irena Handono telah dibuat sejak 23/3/2014 yang beraktifitas hingga 10/7/2015.

• Menurut Tim IT Irena Center saat itu keberadaan akun Palsu sudah diketahui dan telah diwaspadai. Dan belum ada tulisan "DKI butuh Ahok".

• Pada 23/3/2014 akun palsu menghasut netizen dengan memposting kalimat "Alhamdulillah, akun @Irena_Handono sudah tersuspend. Akun yang masih membingungkan adalah @ummi_irena, astaghfirullah". Padahal akun @ummi_irena adalah akun asli.

• Pada tanggal yang sama 23/3/2014 akun palsu membuat fitnah dengan memposting kalimat, “Sibuk? Alhamdulillaah, banyak undangan dakwah dengan ceramah2 membawa SARA biar seru dan umi bisa makan lewat dakwah2 SARA! Subhahanallah”

• Pada 10/7/2015 membuat postingan terakhir.

• Dan tanggal 19/9/2016 akun palsu mulai beraktifitas kembali dengan mencantumkan kalimat "DKI butuh Ahok". Membuat posting-posting dan komen yang meng-add ('@') netizen. “Assalamualaikum adinda @indrawan_x mari sukseskan pilgub DKI”.

• Pada tanggal 20/9/2016 akun palsu membuat postingan yang meng-add nama Bpk.Prof.Yusril Ihza Mahendra di akun twitter nya @Yusrilihza_Mhd.

• Terjadi kegaduhan, kami menerima banyak permintaan konfirmasi atas kebenaran Akun "DKI butuh Ahok" yang mengatas namakan Umi Irena Handono. Permintaan konfirmasi tersebut melalui jalur pribadi WA dan Facebook.

• Situs berita www.islamedia.id yang melihat aktivitas pemalsuan ini segera membuat berita dan diposting di dunia maya dengan alamat link, sbb: http://islamedia.id/halalkan-segala-cara-pendukung-ahok-fi…/

• Media lain yang memposting berita pemalsuan ini al: www.suaranews.com

• Tanggal 20/9/2016, sekitar pk.22.00WIB lebih, akun palsu @ummi_lrena telah merubah nama menjadi @ummi_irenna. Merubah foto DP dan merubah gambar background.

Perlu kami sampaikan secara tegas bahwa Umi Irena Handono dan Yayasan IRENA CENTER, MENOLAK PEMIMPIN KAFIR untuk menjadi pemimpin bagi umat Islam.

Hal ini sebagaimana perintah Allah SWT dalam Al-Quran:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (PEMIMPIN / PELINDUNG) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?" (QS. 4. An-Nisaa' : 144)

Maka, akun Twitter @ummi_lrena (huruf L kecil) alias @ummi_irenna adalah akun PALSU yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab dengan tujuan membuat Perpecahan di kalangan Ummat Islam di Indonesia.

Apa yang disampaikan Umi Irena Handono sangat jelas dan tegas: “Hendaknya umat Islam senantiasa merajut ukhuwah, menghindari pecah-belah atau adu-domba musuh-musuh Islam. Dan bersama menegakkan Syariat Islam secara Kaffah. Hanya ISLAM saja yang mampu mengantarkan umat pada Peradaban yang Mulia.”

Demikian, pers relese ini kami buat.

Bekasi, 21 September 2016

Sally Setianingsih - Sekretaris Yayasan
Hj.Navitri - Ketua Yayasan

Mengetahui,
Umi Hj.Irena Handono - Pendiri Yayasan IRENA CENTER



Rabu, 14 September 2016

Gemerlap Cahaya Hidayah di Las Vegas

Gemerlap Cahaya Hidayah di Las Vegas
Secuil kisah dari rangkaian perjalanan Dakwah Hj.Irena Handono di Amerika Serikat

Melihat latar belakang biografi Ibu Hj. Irena Handono, banyak jamaah yang tertarik untuk datang mendengarkan ceramh-ceramah beliau. Topik-topik kajian yang akan disampaikan oleh Ibu Hj. Irena terasa dekat dan akrab dengan apa yang mereka rasakan dan hadapi dalam kehidupan nyata mereka sehari-hari.

Ibarat program-program  misi ruang angakasa NASA Amerika Serikat yang dikendalikan melalui pusat  kontrol yang berada di kota Houston, maka perjalanan  Ibu Hj. Irena Handono dan Ibu Navitri berkeliling Amerika Serikat dan Kanada dalam rangka program Latihan dan Kajian Islam Intesif atau   LKII 2011 ICMI North America pun juga di kendalikan dari kota Houston.



Ketika berada di Houston sebagai kota kedua yang dikunjungi setelah Seattle, Bu Hajjah dan Bu Navitri berkesempatan untuk berkunjung kesalah satu ruang yang pernah digunakan sebagai pusat mission control program-program ruang angkasa NASA tersebut. Di ruangan yang dikunjungi oleh Bu Hajjah dan Bu Navitri inilah dahulu sejak awal tahun 60-an sampai tahun 1995 misi-misi program   ruang angkasa NASA dikendalikan. Termasuk program-program Apollo dengan misi Apollo 11 yang terkenal itu, sampai pada misi-misi pesawat antariksa ulang-alik seperti Challenger, Atlantis, Columbia dan lain-lainnya.

Demikianlah, komunikasi dan kordinasi diantara kordinator-kordinator LKII di tiap-tiap kota dengan mission control di Houston bersama Bu Hajjah dan Bu Navitri terus berlangsung tanpa putus selama perjalanan dakwah LKII 2011 ini berlangsung. Ini semua dilakukan adalah untuk memastikan agar semuanya berjalan lancar. Bukan hanya untuk sharing informasi tentang kapan jam keberangkatan dan ketibaan pesawat yang ditumpangi oleh Bu Hajjah, atau memastikan Bu Hajjah sudah check-in, boarding, sudah di dalam pesawat sampai informasi persiapan penjemputan di airport, tempat penginapan dan jadwal program acara. Akan tetapi kordinasi ini juga untuk mengantisipasi hal-hal lain yang mungkin terjadi tanpa terduga.

Misalnya pada hari Sabtu tanggal 9 April lalu, ketika transit di airport Dallas dalam perjalanan dari Tulsa ke Las Vegas, Bu Navitri mengirim pesan bahwa pesawat akan delay di Dallas karena ada kerusakan teknikal pada pesawat berikutnya. Pesan Bu Navitri ini layaknya seperti pesan (yang sangat terkenal itu) yang disampaikan oleh para astronaut ketika berada di luar angkasa ke pusat missin control yang berada di kota Houston apabila mereka menghadapi masalah di ruang angkasa. “Houston, we got a problem”

Dari jadwal yang ada di dalam itinerary, transit di Dallas hanya sekitar 1 jam 45 menit, namun karena ada perbaikan teknikal maka terpaksa harus menunggu.  Waktu itu jam sudah menunjukkan sekitar jam 8:00 malam dan dijadwalkan pesawat berangkat jam 8:45 malam waktu Dallas. Tapi karena ada masalah teknikal, maka pesawat di delay sampai waktu yang tidak diketahui. Dalam keadaan normal, penerbangan dari Tulsa ke Las Vegas memakan waktu sekitar 4 jam terbang (tidak termasuk waktu transit hampir 2 jam di Dallas).

Keadaan seperti inilah yang kadang diluar dugaan kita, oleh karena itu kordinasi dan komunikasi antara contact person di kota-kota yang berkaitan dalam perjalanan pada saat tersebut sangatlah penting.  Alhamdulillah, seperti halnya ketika di kota-kota lainnya sebelumnya dimana kordinasi dan komunikasi atara contact person lokaliti sangat baik sekali, maka pada malam ini yang saling berkodinasi adalah Kordinator di Tulsa Pak Asnul Bahar, Kordinator di Dallas Pak Herman Muchtar yang kebetulan beliau adalah seorang engineer di American Airlines (pesawat yang ditumpangi oleh Bu Hajjah dan Bu Navitri) serta Kordinator kota yang dituju Las Vegas yaitu Pak Syaiful Hendra dan mission control di Houston.

Sambil menuggu pesawat delay, Bu Hajjah dan Bu Navitri sempat menikmati makan malam bekal yang disediakan oleh Bu Indri dari Tulsa. Tentu ini merupakan salah satu kenangan tersendiri buat Bu Hajjah disela-sela dakwahnya di Amerika dan Kanada dalam LKII tahun ini. Betapa tidak, siapa yang pernah makan nasi uduk di bandara di Amerika? Disamping dijamin halalan toyyiba juga pasti terasa sekali nikmat memakan nasi uduk di negeri orang. Lagi pula dimana kita bisa ketemu orang jual nasi uduk di bandara di Amerika? Mutar-mutar 6 hari 6 malam keliling bandara juga tidak akan bakalan ketemu. Nasi uduk jadi makanan langka, nah di sinilah nikmatnya.

Setelah menikmati nasi uduk yang halalan toyyiba ini, Bu Hajjah dan Bu Navitri merasa lega. Menjadi semakin lega lagi setelah mendengar pengumuman bahwa pesawat yang menuju Las Vegas siap untuk berangkat. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 10:36 malam waktu Dallas.
Perjalanan dari Dallas ke Las Vegas hampir 3 jam lagi, jadi diperkirakan sampai di Las Vegas pukul 11:30 malam waktu setempat atau pukul 1:30 dini hari waktu Dallas dan Houston.

Alhamdulillah, tepat dengan waktu yang direncanakan, pesawat mendarat di bandara Las Vegas hampir tengah malam. Bu Hajjah dan Bu Navitri bukan saja disambut oleh Pak Syaiful dan Bu Fatma yang sudah siap menunggu di bandara, tetapi kedatangan beliau berdua juga disambut oleh gemerlapnya cahaya yang menyinari serta suasana hiruk pikuk kota Las Vegas.



 Las Vegas, yang terletak di Negara bagian Nevada adalah kota yang kedelapan yang dikunjungi oleh Bu Hajjah dalam rangkaian 13 kota yang akan dikunjungi selama LKII 2011 ini. Walaupun sampainya tengah malam, tapi Bu Hajjah sama sekali tidak melihat suasana layaknya malam hari di kota ini. Sejak turun dari pesawat, sorotan lampu terang benderang dari segala sudut telah menyulap malam bagaikan siang. Kota ini ibaratnya tidak pernah tidur. Terus begeliat dan berputar tanpa henti bersamaan dengan putaran waktu. Gemerlap cahaya berwarna-warna dengan berbagai desain dan bentuk yang dipancarkan dari lampu-lampu di pinggir jalan, dari gedung-gedung tinggi yang menjulang, hotel-hotel, tempat-tempat hiburan, billboard, signboard, restoran, rumah-rumah penduduk serta dari segala sudut dan tempat lainnya

Pada waktu pertama sekali kita merintis syiar dakwah di kota Las Vegas melalui rangkaian program LKII dan Safari Ramadhan sekitar 3 tahun yang lalu, banyak sekali yang terkejut dan merasa pesimis. Berbagai komentar lucu dilontarkan oleh para jamaah di kota lain, “Ah masak sih Ustadz di bawa ke Las Vegas, bukannya ceramah, nanti malah di bawa ke casino”. Yang lain menimpali, “Emangnya ada orang yang mau dengarin ceramah di Las Vegas?”  Kemudian disambung lagi dengan komentar “Enggak salah nih Pak, mengirim ustadz ke Las Vegas? Berbagai komentar lainnya terdengar saat itu, mulai dari yang serius sampai pada sekedar bercanda. Hal ini tentu dapat dimaklumi, mengingat image kota Las Vegas yang erat dikaitkan oleh sebagian besar orang sebagai kota judi, tempat berbagai maksiat, hiburan orang dewasa serta suasana kehidupan malamnya. Tidak heran kalau kota ini digelari sebagai the sin city. Seakan-akan sudah menjadi kesepakatan semua orang bahwa kota ini memang penuh bergelimang dengan dosa.

Kesan yang didapat bagi orang yang baru pertama kali menginjakkan kaki di kota ini memang demikian. Apalagi bila pertama kali menatap wajah kota ini di malam hari. Gemerlap cahaya berwarna-warni langsung menerpa wajah. Kelap-kelip cahayanya seakan-akan mengajak untuk ikut menari mengikuti irama kehidupan malam di kota ini. Sorotan lampu-lampu dan sinar cahaya terang benderang di berbagai tempat dan sudut telah menyulap kota ini bagaikan tak pernah tidur. Semakin malam semakin seronok.

Namun sejak malam hari Minggu tanggal 10 April 2011 yang lalu, ada cahaya lain yang dirasakan oleh jamaah muslim Indonesia yang tinggal di kota Las Vegas dan sekitarnya. Pada malam itu adalah malam pertama Hj. Irena Handono memberikan ceramahnya di kota Las Vegas. Sudah sejak awal Panitia LKII lokaliti Las Vegas mempersiapkan acara ini sebaik-baiknya. Seluruh masyarakat muslim    Indonesia yang tinggal di sekitar kota Las Vegas diundang untuk mengikuti ceramah ini. Melihat latar belakang biografi Ibu Hj. Irena Handono, banyak jamaah yang tertarik untuk datang mendengarkan ceramh-ceramah beliau. Topik-topik kajian yang akan disampaikan oleh Ibu Hj. Irena terasa dekat dan akrab dengan apa yang mereka rasakan dan hadapi dalam kehidupan nyata mereka sehari-hari. Oleh karena itulah sejak malam pertama sampai hari terakhir jumlah jamaah yang hadir cukup banyak. Dilaporkan oleh Pak Syaiful Hendra, semua jamaah antusias dan tekun mengikuti dan mendengarkan ceramah-ceramah yang Bu Hajjah sampaikan. Bagitu antusias dan banyaknya pertanyaan-pertanyaa yang diajukan oleh jamaah, sampai-sampai acara berlanjut sampai larut malam dan apabila tidak di hentikan oleh moderator bisa-bisa sampai subuh.

Topik-topik kajian dan ceramah yang disampaikan kali ini ternyata sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh sebagian jamaah di Las Vegas. Banyak teka-teki, kemusykilan serta ketidak pastian karena ketidaktahuan yang dipendam dalam hati oleh sebagian jamaah selama ini. Disamping keingin tahuan sebahagian jamaah sehingga mendorong mereka untuk hadir, usaha-usaha yang dilakukan oleh Panitia Lokaliti Las Vegas yang tidak henti-hentinya mengajak jamaah lainnya yang tidak pernah sekalipun ikut pengajian perlu mendapat penghargaan. Banyak diantara jamaah yang selama ini sulit dan tidak mau diajak ikut datang ke pengajian mau datang. Cara-cara Bu Hajjah yang tenang, tegas dan jelas serta to the point dalam menyampaikan ceramah-ceramahnya ternyata mengena dihati para jamaah. Terutama topik-topik yang sangat sensitif bagi sebagian saudara-saudara kita yang tinggal di kota semacam Las Vegas ini, misalnya tentang valentine day, perayaan natal, perayaan ulang tahun, cara berpakaian menurut Islam sampai pada kajian perbandingan agama.

Para jamaah mengaku mereka seakan-akan mendapatkan siraman cahaya yang lain daripada apa yang  mereka rasakan setiap malam selama ini. Gemerlap cahaya selama 3 malam mereka mengikuti kajian dan ceramah-ceramah yang disampaikan oleh Bu Hajjah terasa sejuk, nyaman dan semakin menerangi hati nurani mereka. Interaksi dengan Bu Hajjah tidak hanya telah memberikan wawasan baru tapi juga telah menjalin hubungan silaturahim sesama umat Islam. Bu Hajjah sendiri mengakui kalau Beliau sudah merasa seperti keluarga dengan jamaah-jamaah muslim Indonesia di Amerika, khususnya ketika di Las Vegas ini. Sambutan dan layanan para jamaah yang sangat besar ini memberikan tambahan semangat yang kuat buat Bu Hajjah untuk terus berdakwah dan memberikan hidup ini bermanfaat untuk orang lain.

Diantara jamaah yang hadir, ada seorang jamaah yang benar-benar telah mendapatkan cahaya pada malam itu. Cahayanya bukan cahaya lampu gemerlap yang selalu menyinari kota Las Vegas setiap malam. Cahaya ini adalah cahaya sinar nur ilahi berupa cahaya hidayah yang telah masuk dan menyinari seorang jamaah wanita di Las Vegas. Rupanya selama 3 malam berturut-turut, tanpa diketahui oleh sesiapapun, salah seorang jamaah wanita, sister Sarah (bukan nama sebenarnya) tekun mengikuti dan menyimak kajian Bu Hajjah satu-persatu. Hatinya tergetar, jantungnya berdegup kencang menerjang terjang.  Hari pertama dia ikuti pengajian Bu Hajjah dengan penuh perhatian. Hari kedua dia hadir lagi dan ingin hadir lebih awal seakan-akan tidak ingin melewatkan sedikitpun untuk mendengarkan uraian ceramah yang akan disampaikan. Aktif bertanya sana-sini seakan-akan ingin meluapkan semua apa saja yang selama ini menyesakkan dadanya. Tidak cukup, ketika semua hadirin telah pulang dia tetap tinggal, berharap agar dapat bertemu dan bediskusi langsung dengan Bu Hajjah.

Demikian juga pada hari dan malam ketiga, sister Sarah datang lebih awal dan mendengarkan semua ceramah yang disampaikan Bu Hjjah dengan seksama dan penuh perhatian. Disimaknya satu persatu isi ceramah dengan tekun, kadang-kala terlihat dia agak gelisah di tempat duduknya. Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang sedang difikirkan dan dirisaukannya. Hanya dia sendiri yang tahu. Apa yang dapa dlihat adalah apabila ada kesempatan untuk bertanya dan memberikan komentar, dia memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan ini. Seakan-akan ada yang ingin dia cara dan cari yang belum dapat dia temukan selama ini. Semakin dia cari dan cari malam itu, semakin jelas dia lihat cahaya yang datang di ujung terowongan yang gelap. Semakin larut malam, semakin dekat akhir dari ceramah yang Bu Hajjah sampaikan pada malam terakhir di Las Vegas itu, semakin jelas sinar cahaya yang sister Sarah lihat dan semakin mendekati dirinya. Hatinya terasa terang benderang melebihi terangnya gemerlap lampu yang menyinari setiap pojok kota Las Vegas di malam itu.

Seperti malam-malam sebelumnya, setelah acara ceramah pada Selasa malam tanggal 12 April 2011 itu selesai, sister Sarah tidak langsung pulang atau berbaur dengan jamaah lainnya untuk saling sapa atau mencicipi hidangan yang telah disediakan, melainkan dia langsung menyempatkan diri menemui Bu Hajjah. Rupanya kali ini sister Sarah tidak menemui Bu Hajjah sendirian, dia diikuti oleh seorang lelaki disampingnya. Mereka berdua meminta untuk bisa bertemu dan berbicara dengan Bu Hajjah, sambil mengajak Bu Hajjah berpindah tempat sedikit ke tempat yang agak bersifat private di rumah itu, di pojok suatu ruangan.

Sister Sarah memperkenalkan lelaki yang berada disampingnya itu kepada Bu Hajjah, “Bu Hajjah, perkenalkan ini Abdullah”. (bukan nama sebenarnya). Kami ketemu Ibu ingin bertanya Bu”

O silahkan bertanya apa-apa saja yang mungkin kurang jelas”, sambut Bu Hajjah seperti biasanya dengan tenang dan ramah.

“Tidak Bu Hajjah, semuanya sudah jelas pada saya, tidak ada yang ingin saya tanyakan, semuanya sudah jelas”, tegas sister Sarah.  “Apa yang Ibu sampaikan selama ceramah 3 malam ini, telah menguatkan hati saya. Saya ingin mengucapkan syahadat, saya ingin masuk Islam malam ini”, sambung sister Sarah dengan penuh semangat.

“Allahu Akbar”, terlontar dari mulut Bu Hajjah menyaksikan peristiwa yang sama sekali tidak diduganya ini.

Lelaki yang bersama sister Sarah tadi, brother Abdullah, tiba-tiba menangis terisak-isak. Air matanya berlinang mengucur membasahi pipinya. Tanpa kuasa menahan tangisnya, brother Abdullah dengan terbata-bata mengucapkan, “Bu Hajjah, do’a saya selama ini akhirnya di kabulkan oleh Allah pada malam ini. Sudah lama saya menanti saat-saat seperti ini. Sarah adalah isteri saya. Dia beragama Kristen dan saya Islam. Kami sudah menikah di catatan sipil di sini. Kami sudah menikah lebih kurang 5 tahun. Selama ini kami masing-masing dengan agama kami. Namun saya selalu berdo’a agar Sarah masuk Islam. Syukur, malam ini dia akhirnya mengucapkan dua kalimah syahadat”.

Alhamdulillah, pada malam itu sister Sarah mengucapkan syahadat dan berikrar masuk Islam. Mereka berdua berjanji akan melaksanakan pernikahan syah kembali secara Islam, melalui akad nikah secara Islam.

Para jamaah yang masih tinggal pada malam itu mengucapkan syukur dan tahniah kepada sister Sarah dan brother Abdullah. Tidak ada lagi ganjalan yang dirasakan oleh sister Sarah dan brother Abdullah terhadap status perkawinan mereka dari sudut pandang agama Islam serta juga bagi semua sahabat-sahabat mereka jamaah muslim Indonesia di Las Vegas. Semuanya telah menjadi jelas. Semuanya telah menjadi terang, karena malam ini Las Vegas telah disinari oleh gemerlap cahaya yang terang benderang, bukan oleh cahaya lampu-lampu disepanjang jalan dan gedung-gedung serta pusat-pusat hiburan malam, akan tetapi cahaya hidayah yang memancar dari relung hari sanubari seorang muallaf, sister Sarah, teman, sahabat, kenalan dan saudara mereka dalam Islam.

Bagi Bu Hj. Irena Handono sendiri, ini adalah pengalaman yang luar biasa dalam perjalanan syiar dakwahnya di Amerika Serikat dan Kanada. Tidak pernah menyangka peristiwa semacam ini akan terjadi. Islam itu memang luar biasaya, kata Bu Hajjah. Allah itu Maha Besar dan Maha Agung. Islam itu rahmatin lil alamin serta bumi ini adalah milik Allah. Siapa yang menyangka di kota Las Vegas yang dijuluki sebagai the sin city ini, justeru dipilih oleh Allah sebagai tempat seorang hamba-NYA mendapatkan hidayah, mendapatkan sinar Islam. Ini membuat kita semua, sambung Bu Hajjah, semakin yakin akan Kekuasaan dan keMaha Besaran Allah SWT.



Houston, 18 April, 2011
Zulfan Efendi

Catatan: Sarah dan Abdullah bukan nama sebenarnya. Untuk sementara ini, mereka berdua meminta agar identitas mereka berdua tidak diekspos dulu. Mereka ingin mereka berdua orang yang pertama yang akan menyampaikan berita Sarah masuk Islam ini kepada orang tua mereka dan kedua pihak family mereka.

Selasa, 30 Agustus 2016

Jangan Samakan Islam dengan Terorisme


Definisi Terorisme

Secara etimologi, kata irhaab (teroris) dalam bahasa arab berarti “menakutkan”. Kata ini dari akar kata arhaba-yurhibu yang berarti:menakut-nakuti.

Dalam sebuah ayatnya, Al Quran menyatakan sosok Fir’aun dan bala tentaranya yang jahat dengan ungkapan, “Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan membuat orang banyak ketakutan, sera mereka mendatangkan sihir yang besar.” (Qs.Al A’raaf : 116)

Kata istarhabahum berarti membuat orang menjadi ketakutan sehingga merekapun ditakuti oleh orang orang. (kamus lisan Al Arab, juz 1, h. 436)

Dalam definisi modern, kata irhaabiyuun diartikan dengan: konotasi nama yang dinisbatkan kepada sebuah kelompok yang melakukan teror dan menggunakan tindak kekerasan guna mencapai tujuan tujuan politis. (kamus Al Mu’jam Al Wasith, juz 1, h.376) sebenarnya yang dimaksud esensi kata irhaab (terorisme) dan irhaabiyuun (teroris)

Dari sinilah makna yang logis dari esensi “terorisme” tanpa harus membutuhkan dalil lebih lanjut.

Namun para penghasut dan pendengki cenderung melampaui batas terminologis ini dan mengundang keheranan ketika mereka memasukkan gerakan dakwah Islam ke dalam deretan terorisme, dan menganggap para da’i Muslim (yang menyerukan kepada kebenaran dan ketauhidan) adalah para teroris. Jelas, ini merupakan tuduhan dusta, penipuan yang palsu dan penyelewengan terhadap kebenaran. Ini adalah kebohongan yang mengundang emosi, dan kebohongan semacam ini hanya ada di masa ini, masa yang penuh dengan kedustaan, kebencian, kamuflase, dan kematian empati.

Islam Tidak Sama dengan Terorisme

Stereotip bahwa Islam adalah agama yang penuh kekerasan, disebarkan dengan peperangan serta agama yang lekat dengan doktrin terorisme telah mengakar kuat pada pikiran orang-orang Barat. Hal ini dikarenakan mereka tidak memahami Islam secara benar. Sejarah Islam ditulis secara subjektif dan dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang tendensius.

Pemberitaan Islam selalu dikaitkan dengan propaganda negatif. Sementara jika ditelaah lebih lanjut, Islam sama sekali menolak segala bentuk kekerasan yang bersifat mendzalimi manusia. Atau dalam kata lain, aksi-aksi terorisme bukan mempresentasikan wajah penerapan syariat Islam. Merupakan suatu ketidakadilan jika memandang seluruh ajaran Islam dari apa yang selama ini ditampilkan oleh para pelaku teror tersebut. Konspirasi Barat mengenai terorisme seolah telah menyudutkan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin menjadi terhalang kabut pemfitnahan.

Islam adalah agama yang mengajarkan keramahan dan kelemahlembutan. Islam hadir membawa rahmat –tidak hanya bagi ummatnya- melainkan juga bagi alam semesta. Seorang muslim yang memahami ajaran Islam dengan baik dan menginternalisasi semangat luhur yang terkandung di dalamnya, ia tidak akan pernah terjebak melakukan tindak terorisme dan berbagai bentuk kekerasan lainnya. Misi dakwah ataupun jihad yang diusung para teroris sama sekali tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Sikap Barat yang terus melancarkan isu-isu terorisme dengan menjadikan Islam sebagai umpannya sebenarnya merupakan usaha mereka untuk menghancurkan kebangkitan kaum muslimin. Sehingga tak dipungkiri, seluruh umat Islam saat ini acapkali merasa tertuduh dan bahkan mungkin ketakutan sebab dianggap sebagai sarang dan penyedia, atau membantu aktivitas terorisme.

Stigma negatif tentang Islam secara tidak langsung juga menyorot keberadaan pondok pesantren. Pesantren dianggap mengajarkan semangat jihad dan menginspirasi para teroris untuk bersikap radikal.

Aksi-aksi terorisme, terutama di Indonesia, dianggap sebagai aksi generalisasi bahwa terorisme adalah keinginan menerapkan syariat Islam dalam Daulah Islam. Orientalis Barat sepertinya tutup mata terhadap fakta bahwa tidak semua gerakan yang memperjuangkan syariat Islam dan khilafah setuju dengan aksi terorisme. Tak mengherankan bila banyak pihak yang menganalisis bahwa aksi-aksi terorisme di Indonesia ini sengaja dimainkan pihak asing. Dengan satu tujuan : melemahkan ummat Islam Indonesia sehingga Islam tidak bisa bangkit menjadi sebuah kekuatan besar di dunia sebagai negara yang memiliki penduduk Muslim terbanyak.

Al Qur’an dengan susunan surat dan ayatnya yang indah, menakjubkan dan memberikan ketenangan ketika membaca dan direnungkan adalah mukjizat yang diturunkan semata-mata untuk menjadi solusi bagi rasa aman tenteram dan kasih sayang, serta penawar bagi segala penyakit dan kejahatan. Sebagai mana difirmankan oleh Allah swt, “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur’an itu tidak lah menambah kepada orang-orang zalim selain kerugian(QS. Al Isra’:82).

Islam melarang dengan keras tindakan teror orang lain dalam berbagai bentuknya, seperti menghumuskan pedang dihadapan orang atau mengancam dengan perkataan yang aniaya, atau membentak dengan nada yang keras atau dengan dengan berbagai cara lainnya yang dapat membuat seseorang menjadi takut dan gelisah.

Jika larangan keras ini ditunjukan kepada orang yang membuat ketakutan terhadap individu, tentunya larangan ini menjadi lebih keras lagi bagi pelaku teror terhadap kelompok masyarakat. Dan sangat keliru untuk memahami bahwa dalil-dalil diatas hanya ditunjukkan secara khusus bagi orang muslim saja dan tidak mencakup para ahli kitab lainnya dengan alasan karena teks dalil-dalil tersebut hanya menyebutkan teks orang muslim saja.

Jika disebutkan konteks mayoritas maka ia mencakup seluruh komponen masyarakat; baik Muslim, Nasrani ataupun Yahudi tanpa pilih kasih ataupun motif trimorgial. Begitulah yang dipahami dari konteks gramatikal bahasa arab seperti yang dijelaskan oleh para ulama dan ahli.

Jika yang dimaksud adalah doktrin jihad, maka jihad dalam islam adalah sebuah esensi yang mulia dan motif yang mendasar, yang harus ditegakkan demi mencegah kejahatan yang dilakukan oleh para penjahat yang memusuhi islam, yaitu orang-orang yang hendak memperdaya islam dan umatnya dengan berbagai cara dan tipu daya serta menjajah negeri-negeri islam dengan tujuan menyebarkan fitnah.

Bagaimanapun juga tidak dibenarkan bagi para musuh islam melakukan kedustaan dan mengatakan bahwa jihad adalah bentuk terorisme. Karena jihad adalah doktrin yang diperintahkan untuk mengentaskan kejahatan kezaliman serta menanamkan nilai kebenaran, keadilan ketenangan.

Semua itu terjadi berkat kerja sama antara kaum Zionis dengan para mitranya dari kalangan Palestina sendiri dengan rakus dengan harta. Yaitu orang-orang yang menyimpangkan ideologi dan kehormatannya menjual diri mereka dan negeri umat Islam untuk para penjajah Zionis dengan harga yang murah, rendah dan tidak bernilai apa-apa karena sekedar ingin menduduki kursi goyang dan jabatan rendahan.

Mereka mencorengnya dengan berbagai tuduhan dan menghimpitnya dengan berbagai kedustaan. Sejarah lalu umat Islam adalah bukti otentik atas kebenaran hal ini meski banyak pula yang memungkirinya. Selama masa-masa gemilangnya, mulai dari masa kenabian lalu disusul masa khulafah Rasyidin dan berakhir dengan masa dinasti Utsmani, umat Islam adalah umat yang menyerukan kebajikan dan kasih sayang. Rasa damai meliputi seluruh penjuru bumi. Semua orang hidup dengan penuh kedamaian, ketenangan, dan ketenteraman.

Islam Menjawab Tuduhan

Dasar penulisan ini datang dari firman Allah SWT dalam surah An-Nisa:171, “Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu...”. Hal ini disebabkan keburuksangkaan para penyimpang yang menuduhkan bahwa Islam adalah agama yang disebarkan dengan pedang. Dan yang paling menyedihkan, umat Islam saat ini dicap sebagai agama terorisme –seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya-.

Umat Islam era kini justru lebih sering mendapat perbuatan yang tidak menyenangkan, atau dalam konteks arhaba-yuhibu (menakut-nakuti) yang dilakukan sejumlah umat di luar Islam. Bentuknya bermacam-macam. Bisa kita lihat dalam peristiwa pembantaian 300.000 muslim di Bosnia beberapa masa silam. Para jama’ah ditembaki saat sedang shalat di masjid, wanita-wanita juga diperkosa.

Namun ketidakjujuran media Barat mengenai hal ini membuat Islam sebagai agama kebenaran dan agama samawi tertutup debu-debu orientalis dan justru lebih sering mendapat teror berupa serbuan tajam dari para musuhnya. Atau jika kita sejenak merunut sejarah ke belakang, perang Salib di abad pertengahan menjadi contoh nyata dari jiwa permusuhan yang mulai dihembuskan bangsa Salibi.

Bangsa Barat yang diwakili oleh keeksistensian kaum Masehi membentuk segitiga perpanjangan tangan untuk meneror ummat Islam dari dekat. Tangan pertama; melalui penjajahan yang bertujuan menghancurkan institusi dan masyarakat Islam di manapun berada. Tangan kedua; melalui missionaris dan pemurtadan yang disebarkan di kalangan ummat Islam. Mereka memasuki semua lapisan masyarakat dan instansi sebagai alibi dengan alasan kemanusiaan.

Dan tangan ketiga; membentuk para ahli (orientalis) yang mempelajari, mendalami dan menguasai ilmu-ilmu keislaman seperti sejarah Islam, syariah, fiqih, hadits, bahasa Arab dan lain sebagainya. Sesudah itu mereka berusaha memberikan gambaran yang jelek dan batil tentang Islam.

Peneroran melalui tangan pertama, yakni melalui penjajahan ternyata telah berlangsung sejak abad ke-18. Hal ini diungkapkan oleh seorang Prancis, Kardinal Lavigerie (1825-1892), yang mengatakan, “Meskipun Islam di Eropa hampir runtuh bersamaan dengan ambruknya singgasana Kesultanan Turki Usmani, kemajuan penaklukan-penaklukannya masih tetap giat di pintu-pintu kerajaan kita di Afrika”.

Pernyataan ini menggambarkan pertikaian yang disulut kaum Masehi terhadap umat kita demi mendapatkan dominasi politik dan ekonomi. Selain itu kita juga bisa melihat strategi-strategi licik yang dipimpin seorang orientalis Yahudi, Samuel Zwemmer, terhadap negeri-negeri Islam. Terlebih dengan pernyataan Herzel (seorang tokoh Yahudi), “....kita masuki semua agama manusia, lalu kita ubah menjadi sekte-sekte, aliran-aliran dan golongan yang bertengkar satu sama lain....kita harus kobarkan api permusuhan di antara mereka agar cepat hancur oleh tangan putra-putra mereka sendiri......”

Sedikit gambaran dari peneroran umat melalui tangan kedua, setidaknya bisa kita lihat dari pengalaman rohaniah seorang kristolog ternama dunia, alm. Syeikh Ahmed Deedat (The Real Truth, 2005:251), yang mulai mendapat ancaman aqidah Islamiyah ketika usianya baru menginjak 20 tahun di tahun 1939.

Beliau sadar benar betapa banyak kaum Muslim yang ketakutan dan terus menerus diserang oleh para missionaris yang datang dari pintu ke pintu untuk menggoyahkan kaum Muslim. Dan hal ini rupa-rupanya telah berlangsung dalam kurun waktu lebih dari 400 tahun terakhir, dalam segala aspek. Salah satunya melalui pendistorsian dan penodaan kesalahan dan penyimpangan yang ditemui di setiap kajian tentang Islam dalam pelaksanaannya di dunia Barat.

Celakanya, kajian keliru mengenai Islam terus berlangsung hingga menemui titik klimaksnya pada tahun 1964. Hal ini dibuktikan dengan surat Paus Paulus VI kepada Konsili Vatikan II yang menyerukan pengambilan sikap baru kepada pemeluk agama selain agama Masehi. Sikap baru itu adalah dialog –sebagai fase baru dalam kegiatan gereja di bidang pemberitaan (evangelisasi)-, dan berkembang menjadi bentuk pertemuan dengan pemeluk agama lain, termasuk di dalamnya kegiatan sosial gabungan, konferensi, persatuan agama-agama, panitia-panitia, sembahyang dan doa bersama, solidaritas, dan sebagainya, yang berujung pada misi mereka; pemurtadan umat.

Ancaman teror melalui tangan ketiga, yakni pelabelan buruk dan tidak benar tentang Islam, bisa kita temui dari penjelasan Abraham Isaac Katsh, dalam bukunya, “Judaism in Islam” yang diterbitkan di tahun 1954 bahwa Islam berasal dari agama Yahudi. Lebih lanjut dalam History of the Arab, tulisan Dr. Philip K. Hitty, dikatakan bahwa peradaban Islam tidak lain kecuali percampuran dari berbagai pengaruh Parsi, Nestoria, Byzantium serta India; dan dikatakan pula Islam itu sendiri adalah sebuah campuran yang membingungkan dari Yahudi, Kristen serta Arab kafir.

Lebih lanjut kesalahtafsiran tentang Islam ini dapat kita temui dalam tulisan fenomenal seorang orientalis Barat, Dr. Robert Morey, dalam bukunya “The Islamic Invasion-Confronting The World’s Fastest Religion”. Buku ini secara total memutarbalikkan kebenaran Islam. Hadits shahih Bukhari dipotongi, pemikiran ilmuwan studi Timur Tengah juga dipelintir. Beberapa hal yang fundamental dalam agama: Tuhan, Nabi, Kitab Suci dan ajarannya diobok-obok dengan cara nista berkedok ilmiah.

Dalam buku yang diterbitkan di Las Vegas ini disebutkan bahwa “Allah, si dewa bulan, kawin dengan si dewi matahari. Mereka berdua kemudian melahirkan tiga puteri yang disebut “puteri-puteri Allah. Ketiga puteri tersebut adalah : Al Latta, Al’Uzza dan Manat”. Dalam keterangan lain, Morey menyebutkan, “Pada waktu dia (Muhammad-pen) berada dalam keadaan seperti seorang yang sedang kesurupan itulah dia merasa kedatangan sang malaikat................dari keterangan tentang hentakan-hentakan tubuhnya yang seringkali menyertai pada saat kesurupan itu, banyak kalangan ilmuwan mengambil suatu kesimpulan bahwa gejala-gejala semacam itu adalah serangan epilepsi (ayan)”.

Ketiga perpanjangan tangan ini semakin membuktikan bahwa umat Islam nyata-nyata menerima ancaman teror –dalam konteks irhaabiyuun- yang merusak aqidah dan melemahkan keyakinan umat. Sementara Islam mengajak para ahli Kitab untuk hidup berdampingan secara damai tanpa provokasi.

“Katakanlah: ‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada satu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah” (QS. Ali-Imran: 64).

(Irena Handono-dari berbagai sumber)

Senin, 08 Agustus 2016

Meluruskan yang Terbelokkan: Mulianya Etika Perang dalam Islam


Sesungguhnya wajah Islam tidak buram, tapi hanya tertutup oleh debu opini Barat. Debu ini yang mau kita hapus!

Allah SWT menurunkan Islam sebagai agama penyempurna dari segala ajaran Ilahiah. Ajaran dan peraturan Islam telah terbukti membawa kedamaian dan keadilan bagi umat manusia, Rahmatan lil 'Alamin, tanpa kecuali. Namun, keberhasilan Islam ini tidak membuat sebagian orang berhenti mengingkari keagungannya. Sejarah mencatat dengan tinta emas bahwa perang yang dilakukan oleh ummat Islam jauh lebih elegan dari perang yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Barat. Umamt Islam masa lalu mampu membuktikan kepada dunia bahwa Islam adalah agama Rahmat.

Saat ini, banyak ulama, masyarakat Islam terjebak dalam pemahaman bahwa 'wajah rahmat' Islam babak-belur akibat ulah segelintir kelompok Islam yang melakukan aksi-aksi kekerasan dan terorisme atas nama jihad. Oleh masyarakat Barat, makna jihad diidentikkan dengan terorisme.

Lalu tumbuh opini-opini, anjuran-anjuran, himbauan juga gerakan dari dalam masyarakat Islam sendiri yang menekankan pentingnya memunculkan citra Islam yang sejuk dan penuh toleran. Sayangnya, makna toleran kemudian melenceng dari kaidah toleransi yang sesungguhnya dalam Islam dan keluar dari koridor hablum minannas. Pada akhirnya, segala bentuk gerakan ummat Islam yang mengarah pada penegakan kembali ajaran-ajaran Islam dalam masyarakat, dengan serta merta direspon secara negatif dan buru-buru dikategorikan sebagai gerakan fundamentalis / ekstrimis / radikal.

Pernahkah ditelaah secara lebih dalam bahwa ajaran Islam sama sekali menolak segala bentuk kekerasan yang bersifat mendzalimi manusia? Penerapan nilai-nilai Islam dalam masyarakat secara seutuhnya justru menjamin hak-hak manusia sesuai fitrahnya.

Artinya, aksi-aksi terorisme tidak merepresentasikan wajah penerapan syariat Islam. Atau bisa dikatakan telah terjadi kesalahan memahami konsep Islam sebagai Rahmatan lil A'lamin. Adalah sangat tidak adil jika memandang seluruh ajaran Islam dari apa yang ditampilkan oleh pelaku-pelaku ’teror’ tersebut.

Allah Yang Maha Agung berfirman, "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.(QS. Al-Baqarah: 190)

Dalam tafsir al-Qurthubi, sahabat Ibnu Abbas ra, Umar bin Abdul Aziz dan Mujahid menafsirkan ayat di atas,

“Perangilah orang yang dalam keadaan sedang memerangimu, dan jangan melampaui batas sehingga terbunuhnya perempuan, anak-anak , tokoh agama dan semisalnya.” (Al-Qurthubi,al-Jami’ li Ahkam al-Quran, Maktabah Syamilah versi 2, 1/519.)

Dalam mengimplementasikan firman Allah tersebut, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam memberikan pedoman dan batasan-batasan kepada para shahabat untuk berperang sesuai etika dalam Islam.

1. Dilarang Membunuh Wanita dan Anak-anak

Dari Abdullah bin Umar, “Selama bebrapa peperangan Rasullullah saw.,seorang wanita ditemukan terbunuh, maka Rasullullah saw. melarang pembunuhan wanita dan anak-anak.” (HR.al-Bukhari).

2. Dilarang Membunuh Pelayan

Rabah bin Rabi’ melaporkan, “ketika kami bersama Nabi dalam ekspedisinya, beliau melihat beberapa orang berkumpul dan mengirim seseorang dan berkata, ‘Lihatlah apa yang dikerumunkan orang-orang tersebut!’ Orang suruhan itu lalu datang dan berkata, ‘Beliau bersabda,’Dia (wanita) itu tidak berpegang [bagaimana mungkin sampai terbunuh]?’ (saat itu) Khalid bin Walid berada di barisan terdepan; Nabi SAW pun mengutus seseorang untuk menyampaikan pesan, ‘Katakan pada Khalid untuk tidak membunuh wanita dan pelayan sewaan (‘asif)!.” (HR. Abu Dawud dan Ibn Majah)

3. Dilarang Membunuh Orang Tua dan Anak-anak

Dari Anas bin Malik, Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda,

“Pergilah atas nama Allah, percaya pada Allah dan tetap pada agama Rasul-Nya. Jangan membunuh orang-orang tua jompo,atau bayi, atau anak-anak, atau wanita; janganlah curang dalam harta rampasan, berlakulah dengan benar dan adil, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.”(HR.Abu Dawud)

4. Dilarang Membunuh Tokoh Agama Lain, Menebang Pohon, Membantai Hewan Ternak, Membakar Rumah, dan Mencuri Barang Rampasan

Yahya bin Sa’id melaporkan bahwa, “Abu Bakar ra. Menasihati Yazid bin Muawiyah, ‘Kamu akan menemukan sekelompok  orang yang mengaku telah mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah. Biarkanlah mereka atas apa yang diakuinya( Biarawan Kristen)…Aku menasihatimu sepuluh hal: Jangan membunuh para wanita atau anak-anak atau orang tua yang lemah. Jangan menebang pohon yang menghasilkan buah, jangan membantai kambing atau unta kecuali untuk makanan. Jangan membakar rumah dam morak-morandakannya. Jangan mencuri barang rampasan perang, dan jangan bersikap pengecut’.” (HR. Malik)

5. Memperlakukan Tawanan dengan Baik

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” QS.al-Insan [76]:8.

Subhanallah, demikian agungnya peraturan peperangan dalam Islam. Kondisi ini berbanding terbalik dengan penderitaan yang dialami saudara-saudara Muslim manakala dibantai di bawah pemerintahan Ratu Isabella. Atau, pada kejahatan genosida yang menimpa kaum Muslimin dan Muslimat di Bosnia. Na'udzubillahi min dzalik.

Harapan dari penulisan singkat ulasan ini, agar ummat Islam semakin kokoh dan tak ragu-ragu menjunjung dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tidak minder, ciut bahkan gentar dengan hujatan terhadap konsep Islam yang rahmatan lil alamin.

Sesungguhnya wajah Islam tidak buram, tapi hanya tertutup oleh debu opini Barat. Debu ini yang mau kita hapus!

(IRENA CENTER)