Sesungguhnya wajah Islam tidak buram, tapi hanya tertutup oleh debu opini Barat. Debu ini yang mau kita hapus!
Allah SWT menurunkan Islam sebagai agama penyempurna dari segala ajaran Ilahiah. Ajaran dan peraturan Islam telah terbukti membawa kedamaian dan keadilan bagi umat manusia, Rahmatan lil 'Alamin, tanpa kecuali. Namun, keberhasilan Islam ini tidak membuat sebagian orang berhenti mengingkari keagungannya. Sejarah mencatat dengan tinta emas bahwa perang yang dilakukan oleh ummat Islam jauh lebih elegan dari perang yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Barat. Umamt Islam masa lalu mampu membuktikan kepada dunia bahwa Islam adalah agama Rahmat.
Saat ini, banyak ulama, masyarakat Islam terjebak dalam pemahaman bahwa 'wajah rahmat' Islam babak-belur akibat ulah segelintir kelompok Islam yang melakukan aksi-aksi kekerasan dan terorisme atas nama jihad. Oleh masyarakat Barat, makna jihad diidentikkan dengan terorisme.
Lalu tumbuh opini-opini, anjuran-anjuran, himbauan juga gerakan dari dalam masyarakat Islam sendiri yang menekankan pentingnya memunculkan citra Islam yang sejuk dan penuh toleran. Sayangnya, makna toleran kemudian melenceng dari kaidah toleransi yang sesungguhnya dalam Islam dan keluar dari koridor hablum minannas. Pada akhirnya, segala bentuk gerakan ummat Islam yang mengarah pada penegakan kembali ajaran-ajaran Islam dalam masyarakat, dengan serta merta direspon secara negatif dan buru-buru dikategorikan sebagai gerakan fundamentalis / ekstrimis / radikal.
Pernahkah ditelaah secara lebih dalam bahwa ajaran Islam sama sekali menolak segala bentuk kekerasan yang bersifat mendzalimi manusia? Penerapan nilai-nilai Islam dalam masyarakat secara seutuhnya justru menjamin hak-hak manusia sesuai fitrahnya.
Artinya, aksi-aksi terorisme tidak merepresentasikan wajah penerapan syariat Islam. Atau bisa dikatakan telah terjadi kesalahan memahami konsep Islam sebagai Rahmatan lil A'lamin. Adalah sangat tidak adil jika memandang seluruh ajaran Islam dari apa yang ditampilkan oleh pelaku-pelaku ’teror’ tersebut.
Allah Yang Maha Agung berfirman, "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.(QS. Al-Baqarah: 190)
Dalam tafsir al-Qurthubi, sahabat Ibnu Abbas ra, Umar bin Abdul Aziz dan Mujahid menafsirkan ayat di atas,
“Perangilah orang yang dalam keadaan sedang memerangimu, dan jangan melampaui batas sehingga terbunuhnya perempuan, anak-anak , tokoh agama dan semisalnya.” (Al-Qurthubi,al-Jami’ li Ahkam al-Quran, Maktabah Syamilah versi 2, 1/519.)
Dalam mengimplementasikan firman Allah tersebut, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam memberikan pedoman dan batasan-batasan kepada para shahabat untuk berperang sesuai etika dalam Islam.
1. Dilarang Membunuh Wanita dan Anak-anak
Dari Abdullah bin Umar, “Selama bebrapa peperangan Rasullullah saw.,seorang wanita ditemukan terbunuh, maka Rasullullah saw. melarang pembunuhan wanita dan anak-anak.” (HR.al-Bukhari).
2. Dilarang Membunuh Pelayan
Rabah bin Rabi’ melaporkan, “ketika kami bersama Nabi dalam ekspedisinya, beliau melihat beberapa orang berkumpul dan mengirim seseorang dan berkata, ‘Lihatlah apa yang dikerumunkan orang-orang tersebut!’ Orang suruhan itu lalu datang dan berkata, ‘Beliau bersabda,’Dia (wanita) itu tidak berpegang [bagaimana mungkin sampai terbunuh]?’ (saat itu) Khalid bin Walid berada di barisan terdepan; Nabi SAW pun mengutus seseorang untuk menyampaikan pesan, ‘Katakan pada Khalid untuk tidak membunuh wanita dan pelayan sewaan (‘asif)!.” (HR. Abu Dawud dan Ibn Majah)
3. Dilarang Membunuh Orang Tua dan Anak-anak
Dari Anas bin Malik, Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda,
“Pergilah atas nama Allah, percaya pada Allah dan tetap pada agama Rasul-Nya. Jangan membunuh orang-orang tua jompo,atau bayi, atau anak-anak, atau wanita; janganlah curang dalam harta rampasan, berlakulah dengan benar dan adil, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.”(HR.Abu Dawud)
4. Dilarang Membunuh Tokoh Agama Lain, Menebang Pohon, Membantai Hewan Ternak, Membakar Rumah, dan Mencuri Barang Rampasan
Yahya bin Sa’id melaporkan bahwa, “Abu Bakar ra. Menasihati Yazid bin Muawiyah, ‘Kamu akan menemukan sekelompok orang yang mengaku telah mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah. Biarkanlah mereka atas apa yang diakuinya( Biarawan Kristen)…Aku menasihatimu sepuluh hal: Jangan membunuh para wanita atau anak-anak atau orang tua yang lemah. Jangan menebang pohon yang menghasilkan buah, jangan membantai kambing atau unta kecuali untuk makanan. Jangan membakar rumah dam morak-morandakannya. Jangan mencuri barang rampasan perang, dan jangan bersikap pengecut’.” (HR. Malik)
5. Memperlakukan Tawanan dengan Baik
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” QS.al-Insan [76]:8.
Subhanallah, demikian agungnya peraturan peperangan dalam Islam. Kondisi ini berbanding terbalik dengan penderitaan yang dialami saudara-saudara Muslim manakala dibantai di bawah pemerintahan Ratu Isabella. Atau, pada kejahatan genosida yang menimpa kaum Muslimin dan Muslimat di Bosnia. Na'udzubillahi min dzalik.
Harapan dari penulisan singkat ulasan ini, agar ummat Islam semakin kokoh dan tak ragu-ragu menjunjung dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tidak minder, ciut bahkan gentar dengan hujatan terhadap konsep Islam yang rahmatan lil alamin.
Sesungguhnya wajah Islam tidak buram, tapi hanya tertutup oleh debu opini Barat. Debu ini yang mau kita hapus!
(IRENA CENTER)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.