irenacenter.com

irenacenter.com

Minggu, 22 Mei 2016

Mitos yang Diyakini Kaum Yahudi

Hj Irena Handono
Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center


Sebuah acara makan di hari suci Yahudi, selalu ditutup dengan kalimat "Next Year in Jerusalem." Satu kalimat yang mengungkapkan cita-cita mereka untuk menduduki Yerusalem.

Kaum Yahudi di Israel terus menerus meneror warga Pa-lestina. Apa yang membuat Yahudi berkeras ingin mengu-asai tanah Palestina secara keseluruhan walau fakta sejarah membuk-tikan bahwa tanah tersebut adalah milik Muslim?

Yerusalem dalam Taurat

Hubungan antara Yahudi dan Yeru-salem bisa dilihat di Bibel Perjanjian Lama. Menurut pandangan Yahudi, daerah yang paling suci adalah Mount Moriah (Gunung Moriah), yang kemudian dikenal dengan Temple Mount (Kuil Gunung). Area ini yang mereka klaim sekarang terletak di bawah bangunan milik Muslim, the Dome Of the Rock atau Kubbah As-Sakhra.

Dalam Perjanjian Lama (Taurat), Yerusalem mempunyai banyak nama, Salem (Shalem), Moriah, Jebuse (Yevuse), Jerusalem (Yerushalayim), and Zion (Tzi-yon). Dan terbanyak yang disebutkan dalam Perjanjian Lama adalah Yerushala-yim, yang disebutkan sebanyak 349 kali, sementara Tziyon disebutkan sebanyak 108 kali.

Menurut kepercayaan Kabbalah, suatu tradisi mistis Yahudi, batu dari Gunung Moriah yang kenal sebagai "Even Shtiyah"- the Drinking Stone (batu yang sedang minum), adalah pusat dari alam semesta, tempat di mana dunia terairi secara spiritual.

Kisah-kisah dalam Bibel yang ber-hubungan dengan Gunung Moriah sangat banyak, antara lain adalah: Ketika Ishak pergi ke sebuah lapangan ia bertemu Ribka untuk pertama kalinya (Kitab Kejadian 24:63-67), dia berdiri di gunung Moriah (Yerusalem). Mimpi Jakub naik ke surga melihat para malaikat turun tangga (Kejadian 28:10-22), juga terjadi di tempat ini, gunung Moriah (Yerusalem).

Mitos Yerusalem Dipegang Kuat

Keyakinan ini masih hidup, sangat dipercayai oleh orang Yahudi sekarang. Ini tampak dalam ritual-ritual mereka. Contoh: Ketika seorang Yahudi berdoa 3 kali sehari, mereka selalu menghadap Yerusalem. Jika sedang berada di Yerusalem, maka mereka berdoa menghadap Temple Mount. Yerusalem disebutkan berkali-kali dalam doa keseharian Yahudi dan dalam doa terima kasih setelah makan.

Orang Yahudi menutup Passover Seder, yakni acara makan dalam hari suci Yahudi, selalu dengan kalimat "Next Year in Jerusalem." Satu kalimat yang mengung-kapkan cita-cita mereka untuk menduduki Yerusalem. Hari berduka cita/berkabung Yahudi, Tisha B'Av, memperingati peru-sakan Kuil yang pertama dan kedua.

Ketika dalam acara pernikahan Yahudi, pengantin memecahkan sebuah gelas sebagai tanda mengingat kedukaan terhadap perusakan kedua kuil yang berdiri di Gunung Moriah.

Menyambut Kedatangan Mesiah

Dan orang Yahudi yang beriman selalu menyisakan tempat kecil pada dinding rumah mereka tanpa diplester tanpa dicat. Ini sebagai tanda kedukaan perusakan Kuil. Dalam keyakinan Yudais-me, yang sesungguhnya telah bergeser jauh dari Taurat yang dibawa oleh Musa as, bangsa Yahudi yakin bahwa kelak seorang Messiah akan datang mengangkat derajat dan kedudukan bangsa Yahudi menjadi pemimpin dunia. Kehadiran Mesiah inilah yang menjadi inti dari semangat kaum Yahudi untuk memenuhi Tanah Palestina.

Bagi zionis Yahudi, mereka meng-anggap Kuil Sulaiman harus sudah berdiri untuk menyambut kedatangan Messiah yang akan bertahta di atas singgasananya yang pada akhirnya diperuntukkan bagi pusat pemerintahan dunia (One World Order).

Ada satu syarat lagi menjelang hadir-nya Messiah, yakni mereka harus mene-mukan dan menyembelih serta membakar seekor sapi betina berbulu merah berusia tiga tahun dan belum pernah melahirkan anak. Untuk yang satu ini pun kaum Zionis telah mempersiapkannya. Melalui suatu proses rekayasa genetika, di tahun 1997, mereka telah mendapatkan seekor sapi dengan ciri-ciri tersebut.

Hanya saja, mereka terbentur satu persyaratan lagi, yakni penyembelihan dan pembakaran sapi merah ini harus dilakukan di atas kaki Bukit Zaitun. Masalahnya saat ini bukit Zaitun masih berada di tangan bangsa Palestina. Sebab itu, kaum Zionis selalu berupaya tanpa lelah mengusir orang-orang Palestina dari wilayah ini.

Membangun Haikal Sulaiman

Para ahli arkeologi sepakat,  ibukota Kanaan dan ibukota kerajaan Daud as berlokasi di tempat yang sekarang ini adalah kampung Arab, Silwan, beberapa kilometer sebelah selatan  tembok ”baru” dari Kota Tua.

Kuil Sulaiman (Haikal Sulaiman) juga dikenal sebagai Beit HaMikdash (Kuil yang Suci). Pemilihan lokasi kuil ini dahulu dilakukan oleh Nabi Daud as yang saat itu beliau menunjuk puncak gunung Moriah (II Samuel 24:18-25). Kitab 1 Raja-raja 6-8 menggambarkan dengan detail bagaima-na anak Daud as, Raja Sulaiman, memba-ngun dan meresmikan Kuil. Walaupun hingga kini belum ada kejelasan pasti di mana lokasi Haikal Sulaiman berada, tapi sementara semua pakar arkeologi setuju bahwa bangunan itu berdiri di atas Gunung Moriah. Yahudi mengklaim di Al-Aqsa. Padahal tidak ada yang tahu pasti.

Itulah beberapa mitos yang dipegang kuat oleh Yahudi. Zionisme bukan sekadar gerakan 'religion', tapi sebuah gerakan makar besar untuk menguasai dunia dalam satu tatanan, The New World Order, Novus Ordo Seclorum. Sebuah sistem dunia yang menghamba pada Lucifer (setan). (IrenaCenter/MediaUmat/Archive)

Kamis, 19 Mei 2016

Potret Pendidikan yang Memprihatinkan

Foto: pmiiugm.org
Dunia pendidikan Indonesia sedang berduka. Para siswa Sekolah Dasar sekarang sudah mengenal istilah gank. Mereka nge-gank, dan bebas membully teman di luar gank mereka. Belum lagi siswi yang kedapatan merokok dengan leluasa, dan dengan bangganya dipamerkan di sosial media.

Ketika siswa-siswa itu mengalami degradasi moral, para pengajar pun harus dibuat ketakutan dilaporkan ke aparat penegak hukum apabila menegur siswa-siswa mereka. Terus terang, dengan berat hati saya katakan, fase perang pemikiran sudah semakin mendekati titik kulminasi.

Ingatkah dengan anak-anak Palestina yang dihabisi bangsa Israel? Mengapa mereka membunuh anak-anak tak berdosa? Karena mereka tidak ingin anak-anak Palestina tumbuh menjadi generasi Islam yang tangguh, yang bisa jadi di kemudian hari melakukan perlawanan dan mengancam eksistensi kaum laknatullah 'alaihim.

Namun yang terjadi di Indonesia, "pembunuhan" yang dilakukan tidak dengan cara menumpahkan darah. Pembunuhan dilakukan secara perlahan, tersistem, dan nyaris tidak kentara. Anak-anak dan cucu-cucu kita dirusak moralnya melalui tontonan dan segala macam kebebasan yang mudah diakses di gawai (gadget) mereka. Anak-anak dan cucu-cucu kita dirusak dengan cinta monyet dan gaya pacaran masa kini. Anak-anak dan cucu-cucu kita dirusak dengan narkoba berkemas cokelat, atau candu yang dimasukkan ke dalam tinta pulpen mereka, sehingga berbau harum. Dan anak-anak juga cucu-cucu kita dirusak oleh penyesatan demi penyesatan di buku-buku ajar mereka.

Ini adalah potret buram pendidikan di negeri kita hari ini. Barangkali di luar sana, masih ada mereka yang halus budi dan tuturnya. Namun, kalau virus mematikan ini menjangkiti mereka, mau apa?

Saya pernah mengingatkan tuturan Imam Syafi'i, syubbanul yaum rijalul ghad. Pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok. Kalau dari sekarang anak-anak dan cucu-cucu kita sudah dirusak sedemikian dahsyat, akan seperti apa pemimpin negeri kita 30 tahun ke depan?

Bapak dan ibu yang saat ini mengemban profesi mulia sebagai guru, jangan pernah letih mendidik putera-putera bapak/ibu di sekolah, agar tumbuh menjadi generasi yang benar-benar diharapkan bangsa. Setidaknya, dari 24 jam waktu dalam sehari, terjalin kebersamaan seorang siswa dengan gurunya selama 9 jam. Maka pada saat inilah, seorang siswa memperoleh curahan kasih sayang dari bapak/ibunya di sekolah. Sayangi, jangan menakuti. Generasi hari ini adalah generasi yang offensive. Generasi mudah membantah. Generasi mudah melawan. Semoga dengan pendekatan yang tepat, akan menghasilkan putera-puteri yang bermartabat. In syaa Allah.

Rabu, 11 Mei 2016

Untukmu, Anak-anakku

Tentu kita masih ingat kisah Ashabul Kahfi, sekelompok tujuh pemuda yang meninggalkan kaumnya yang menyimpang dan memilih tunduk patuh kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Keteguhan iman mereka mengantarkan para pemuda tersebut ke dalam sebuah gua, dan tertidur di dalamnya selama 309 tahun, hingga masa kegelapan kaumnya berakhir.

Saking pentingnya peran pemuda dalam menegakkan tauhid, sampai-sampai Allah memberitahukan kisah tersebut kepada kita melalui Al-Quranul Kariim. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam juga memberi perhatian khusus kepada generasi muda.

Dari Abu Al ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata: Pada suatu hari saya pernah berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu. Jika kamu minta, mintalah kepada Allah. Jika kamu minta tolong, mintalah tolong juga kepada Allah. Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah Allah tetapkan untuk dirimu. Sekiranya mereka pun berkumpul untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. Tirmidzi). (dari Syarh Hadits Ke-19 Arbain an Nawawiyyah)

Imam Syafi'i pernah bertutur, syubbanul yaum rijalul ghod. Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan. Lebih lanjut, beliau juga menyatakan, pemuda distandardisasi dari kualitas ilmu dan ketakwaannya. Jika keduanya tidak melekat pada struktur kepribadiannya, ia tidak layak disebut pemuda.

Tauhid = Harga Mati

Pembaca yang budiman, baik ayat Allah, apa yang disampaikan Rasulullah, dan hikmah yang dituturkan Imam Syafi'i, ternyata, pemuda memiliki peran penting dalam kelangsungan sebuah kehidupan. Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan. Untuk menjadi pemimpin yang mengayomi warganya kelak, maka diperlukan bekal sebagaimana sabda Rasulullah. Dan bekal yang paling utama adalah mentauhidkan Allah Ta'ala.

Mengapa? Karena tauhid, beriman sepenuhnya kepada Allah, adalah harga final. "… Barangsiapa yang mensekutukan Allah, maka Allah haramkan baginya surga, dan tempat tinggalnya adalah neraka…" (QS Al-Maidah (5) :72)

Dengan berbekal ketauhidan, misi seorang pemuda ketika dia menjadi pemimpin nantinya, tidak akan melenceng jauh dari hukum dan syariat yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Maka Rasulullah dalam sabdanya meminta para pemuda untuk "menjaga Allah". Bagaimana cara menjaga Allah? Antara lain menjalankan perintahNya, dan menjauhi larangan-laranganNya. Termasuk, menegakkan shalat.

Kaum Muda, Berdakwahlah!

Namun rupanya, peran pemuda sebagai calon pemimpin di masa depan, tidak cukup berhenti dengan beriman kepada Allah, RasulNya, dan segala ketetapanNya. Seorang pemuda harus tampil di garda terdepan untuk berdakwah. Amar ma'ruf, nahi munkar.

Kita ingat sosok-sosok pemuda Muslim yang menorehkan tinta emas dalam perjalanan sejarah Islam. Ali bin Abi Thalib yang saat itu baru berumur 8 tahun, memiliki kecerdasan dan kepiawaian dalam strategi berperang serta menjadi khalifah pada usia muda. Kemudian Abdullah bin Mas’ud (14) yang kelak menjadi salah satu ahli tafsir terkemuka, Saad bin Abi Waqqash (17) yang kelak menjadi panglima perang yang menundukkan Persia, Jafar bin Abi Thalib (18), Zaid bin Haritsah (20), Utsman bin Affan (20), Mush’ab bin Umair (24), Umar bin Khatab (26), Abu Ubaidah Ibnul Jarah (27), dan Muhammad Al-Fatih (24) yang memelopori penaklukan Konstantinopel.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali-Imran (3): 110).

Jangan membebankan kewajiban dakwah hanya kepada para ulama. Tekunlah dalam mengkaji ilmu agama sedari kini. "Barangsiapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar, Ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya." Demikian Imam Syafi'i berpesan. Tularkanlah kebaikan kepada sesama, meski hanya sepenggal ayat.

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari).

Adakah batasan tentang siapa yang menyampaikan? Apakah ayat Allah dan hadits Rasulullah mengalamatkan kepada generasi yang sudah memasuki usia paruh baya? Tidak. Tidak ada perintah itu. Yang ada adalah perintah berdakwah untuk seluruh ummat Islam. Di manapun, siapapun, dan kapanpun.

Apa langkah awal untuk percaya diri dalam menyampaikan al-haq kepada masyarakat luas? Mulailah dari diri sendiri dan keluarga. Ibda' binafsika. Baru kemudian merambah ke pertemanan, dan akhirnya kepada masyarakat luas.

"Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS Muhammad (47) : 7).

Salam,

Irena Handono