Rabu, 14 September 2016

Gemerlap Cahaya Hidayah di Las Vegas

Gemerlap Cahaya Hidayah di Las Vegas
Secuil kisah dari rangkaian perjalanan Dakwah Hj.Irena Handono di Amerika Serikat

Melihat latar belakang biografi Ibu Hj. Irena Handono, banyak jamaah yang tertarik untuk datang mendengarkan ceramh-ceramah beliau. Topik-topik kajian yang akan disampaikan oleh Ibu Hj. Irena terasa dekat dan akrab dengan apa yang mereka rasakan dan hadapi dalam kehidupan nyata mereka sehari-hari.

Ibarat program-program  misi ruang angakasa NASA Amerika Serikat yang dikendalikan melalui pusat  kontrol yang berada di kota Houston, maka perjalanan  Ibu Hj. Irena Handono dan Ibu Navitri berkeliling Amerika Serikat dan Kanada dalam rangka program Latihan dan Kajian Islam Intesif atau   LKII 2011 ICMI North America pun juga di kendalikan dari kota Houston.



Ketika berada di Houston sebagai kota kedua yang dikunjungi setelah Seattle, Bu Hajjah dan Bu Navitri berkesempatan untuk berkunjung kesalah satu ruang yang pernah digunakan sebagai pusat mission control program-program ruang angkasa NASA tersebut. Di ruangan yang dikunjungi oleh Bu Hajjah dan Bu Navitri inilah dahulu sejak awal tahun 60-an sampai tahun 1995 misi-misi program   ruang angkasa NASA dikendalikan. Termasuk program-program Apollo dengan misi Apollo 11 yang terkenal itu, sampai pada misi-misi pesawat antariksa ulang-alik seperti Challenger, Atlantis, Columbia dan lain-lainnya.

Demikianlah, komunikasi dan kordinasi diantara kordinator-kordinator LKII di tiap-tiap kota dengan mission control di Houston bersama Bu Hajjah dan Bu Navitri terus berlangsung tanpa putus selama perjalanan dakwah LKII 2011 ini berlangsung. Ini semua dilakukan adalah untuk memastikan agar semuanya berjalan lancar. Bukan hanya untuk sharing informasi tentang kapan jam keberangkatan dan ketibaan pesawat yang ditumpangi oleh Bu Hajjah, atau memastikan Bu Hajjah sudah check-in, boarding, sudah di dalam pesawat sampai informasi persiapan penjemputan di airport, tempat penginapan dan jadwal program acara. Akan tetapi kordinasi ini juga untuk mengantisipasi hal-hal lain yang mungkin terjadi tanpa terduga.

Misalnya pada hari Sabtu tanggal 9 April lalu, ketika transit di airport Dallas dalam perjalanan dari Tulsa ke Las Vegas, Bu Navitri mengirim pesan bahwa pesawat akan delay di Dallas karena ada kerusakan teknikal pada pesawat berikutnya. Pesan Bu Navitri ini layaknya seperti pesan (yang sangat terkenal itu) yang disampaikan oleh para astronaut ketika berada di luar angkasa ke pusat missin control yang berada di kota Houston apabila mereka menghadapi masalah di ruang angkasa. “Houston, we got a problem”

Dari jadwal yang ada di dalam itinerary, transit di Dallas hanya sekitar 1 jam 45 menit, namun karena ada perbaikan teknikal maka terpaksa harus menunggu.  Waktu itu jam sudah menunjukkan sekitar jam 8:00 malam dan dijadwalkan pesawat berangkat jam 8:45 malam waktu Dallas. Tapi karena ada masalah teknikal, maka pesawat di delay sampai waktu yang tidak diketahui. Dalam keadaan normal, penerbangan dari Tulsa ke Las Vegas memakan waktu sekitar 4 jam terbang (tidak termasuk waktu transit hampir 2 jam di Dallas).

Keadaan seperti inilah yang kadang diluar dugaan kita, oleh karena itu kordinasi dan komunikasi antara contact person di kota-kota yang berkaitan dalam perjalanan pada saat tersebut sangatlah penting.  Alhamdulillah, seperti halnya ketika di kota-kota lainnya sebelumnya dimana kordinasi dan komunikasi atara contact person lokaliti sangat baik sekali, maka pada malam ini yang saling berkodinasi adalah Kordinator di Tulsa Pak Asnul Bahar, Kordinator di Dallas Pak Herman Muchtar yang kebetulan beliau adalah seorang engineer di American Airlines (pesawat yang ditumpangi oleh Bu Hajjah dan Bu Navitri) serta Kordinator kota yang dituju Las Vegas yaitu Pak Syaiful Hendra dan mission control di Houston.

Sambil menuggu pesawat delay, Bu Hajjah dan Bu Navitri sempat menikmati makan malam bekal yang disediakan oleh Bu Indri dari Tulsa. Tentu ini merupakan salah satu kenangan tersendiri buat Bu Hajjah disela-sela dakwahnya di Amerika dan Kanada dalam LKII tahun ini. Betapa tidak, siapa yang pernah makan nasi uduk di bandara di Amerika? Disamping dijamin halalan toyyiba juga pasti terasa sekali nikmat memakan nasi uduk di negeri orang. Lagi pula dimana kita bisa ketemu orang jual nasi uduk di bandara di Amerika? Mutar-mutar 6 hari 6 malam keliling bandara juga tidak akan bakalan ketemu. Nasi uduk jadi makanan langka, nah di sinilah nikmatnya.

Setelah menikmati nasi uduk yang halalan toyyiba ini, Bu Hajjah dan Bu Navitri merasa lega. Menjadi semakin lega lagi setelah mendengar pengumuman bahwa pesawat yang menuju Las Vegas siap untuk berangkat. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 10:36 malam waktu Dallas.
Perjalanan dari Dallas ke Las Vegas hampir 3 jam lagi, jadi diperkirakan sampai di Las Vegas pukul 11:30 malam waktu setempat atau pukul 1:30 dini hari waktu Dallas dan Houston.

Alhamdulillah, tepat dengan waktu yang direncanakan, pesawat mendarat di bandara Las Vegas hampir tengah malam. Bu Hajjah dan Bu Navitri bukan saja disambut oleh Pak Syaiful dan Bu Fatma yang sudah siap menunggu di bandara, tetapi kedatangan beliau berdua juga disambut oleh gemerlapnya cahaya yang menyinari serta suasana hiruk pikuk kota Las Vegas.



 Las Vegas, yang terletak di Negara bagian Nevada adalah kota yang kedelapan yang dikunjungi oleh Bu Hajjah dalam rangkaian 13 kota yang akan dikunjungi selama LKII 2011 ini. Walaupun sampainya tengah malam, tapi Bu Hajjah sama sekali tidak melihat suasana layaknya malam hari di kota ini. Sejak turun dari pesawat, sorotan lampu terang benderang dari segala sudut telah menyulap malam bagaikan siang. Kota ini ibaratnya tidak pernah tidur. Terus begeliat dan berputar tanpa henti bersamaan dengan putaran waktu. Gemerlap cahaya berwarna-warna dengan berbagai desain dan bentuk yang dipancarkan dari lampu-lampu di pinggir jalan, dari gedung-gedung tinggi yang menjulang, hotel-hotel, tempat-tempat hiburan, billboard, signboard, restoran, rumah-rumah penduduk serta dari segala sudut dan tempat lainnya

Pada waktu pertama sekali kita merintis syiar dakwah di kota Las Vegas melalui rangkaian program LKII dan Safari Ramadhan sekitar 3 tahun yang lalu, banyak sekali yang terkejut dan merasa pesimis. Berbagai komentar lucu dilontarkan oleh para jamaah di kota lain, “Ah masak sih Ustadz di bawa ke Las Vegas, bukannya ceramah, nanti malah di bawa ke casino”. Yang lain menimpali, “Emangnya ada orang yang mau dengarin ceramah di Las Vegas?”  Kemudian disambung lagi dengan komentar “Enggak salah nih Pak, mengirim ustadz ke Las Vegas? Berbagai komentar lainnya terdengar saat itu, mulai dari yang serius sampai pada sekedar bercanda. Hal ini tentu dapat dimaklumi, mengingat image kota Las Vegas yang erat dikaitkan oleh sebagian besar orang sebagai kota judi, tempat berbagai maksiat, hiburan orang dewasa serta suasana kehidupan malamnya. Tidak heran kalau kota ini digelari sebagai the sin city. Seakan-akan sudah menjadi kesepakatan semua orang bahwa kota ini memang penuh bergelimang dengan dosa.

Kesan yang didapat bagi orang yang baru pertama kali menginjakkan kaki di kota ini memang demikian. Apalagi bila pertama kali menatap wajah kota ini di malam hari. Gemerlap cahaya berwarna-warni langsung menerpa wajah. Kelap-kelip cahayanya seakan-akan mengajak untuk ikut menari mengikuti irama kehidupan malam di kota ini. Sorotan lampu-lampu dan sinar cahaya terang benderang di berbagai tempat dan sudut telah menyulap kota ini bagaikan tak pernah tidur. Semakin malam semakin seronok.

Namun sejak malam hari Minggu tanggal 10 April 2011 yang lalu, ada cahaya lain yang dirasakan oleh jamaah muslim Indonesia yang tinggal di kota Las Vegas dan sekitarnya. Pada malam itu adalah malam pertama Hj. Irena Handono memberikan ceramahnya di kota Las Vegas. Sudah sejak awal Panitia LKII lokaliti Las Vegas mempersiapkan acara ini sebaik-baiknya. Seluruh masyarakat muslim    Indonesia yang tinggal di sekitar kota Las Vegas diundang untuk mengikuti ceramah ini. Melihat latar belakang biografi Ibu Hj. Irena Handono, banyak jamaah yang tertarik untuk datang mendengarkan ceramh-ceramah beliau. Topik-topik kajian yang akan disampaikan oleh Ibu Hj. Irena terasa dekat dan akrab dengan apa yang mereka rasakan dan hadapi dalam kehidupan nyata mereka sehari-hari. Oleh karena itulah sejak malam pertama sampai hari terakhir jumlah jamaah yang hadir cukup banyak. Dilaporkan oleh Pak Syaiful Hendra, semua jamaah antusias dan tekun mengikuti dan mendengarkan ceramah-ceramah yang Bu Hajjah sampaikan. Bagitu antusias dan banyaknya pertanyaan-pertanyaa yang diajukan oleh jamaah, sampai-sampai acara berlanjut sampai larut malam dan apabila tidak di hentikan oleh moderator bisa-bisa sampai subuh.

Topik-topik kajian dan ceramah yang disampaikan kali ini ternyata sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh sebagian jamaah di Las Vegas. Banyak teka-teki, kemusykilan serta ketidak pastian karena ketidaktahuan yang dipendam dalam hati oleh sebagian jamaah selama ini. Disamping keingin tahuan sebahagian jamaah sehingga mendorong mereka untuk hadir, usaha-usaha yang dilakukan oleh Panitia Lokaliti Las Vegas yang tidak henti-hentinya mengajak jamaah lainnya yang tidak pernah sekalipun ikut pengajian perlu mendapat penghargaan. Banyak diantara jamaah yang selama ini sulit dan tidak mau diajak ikut datang ke pengajian mau datang. Cara-cara Bu Hajjah yang tenang, tegas dan jelas serta to the point dalam menyampaikan ceramah-ceramahnya ternyata mengena dihati para jamaah. Terutama topik-topik yang sangat sensitif bagi sebagian saudara-saudara kita yang tinggal di kota semacam Las Vegas ini, misalnya tentang valentine day, perayaan natal, perayaan ulang tahun, cara berpakaian menurut Islam sampai pada kajian perbandingan agama.

Para jamaah mengaku mereka seakan-akan mendapatkan siraman cahaya yang lain daripada apa yang  mereka rasakan setiap malam selama ini. Gemerlap cahaya selama 3 malam mereka mengikuti kajian dan ceramah-ceramah yang disampaikan oleh Bu Hajjah terasa sejuk, nyaman dan semakin menerangi hati nurani mereka. Interaksi dengan Bu Hajjah tidak hanya telah memberikan wawasan baru tapi juga telah menjalin hubungan silaturahim sesama umat Islam. Bu Hajjah sendiri mengakui kalau Beliau sudah merasa seperti keluarga dengan jamaah-jamaah muslim Indonesia di Amerika, khususnya ketika di Las Vegas ini. Sambutan dan layanan para jamaah yang sangat besar ini memberikan tambahan semangat yang kuat buat Bu Hajjah untuk terus berdakwah dan memberikan hidup ini bermanfaat untuk orang lain.

Diantara jamaah yang hadir, ada seorang jamaah yang benar-benar telah mendapatkan cahaya pada malam itu. Cahayanya bukan cahaya lampu gemerlap yang selalu menyinari kota Las Vegas setiap malam. Cahaya ini adalah cahaya sinar nur ilahi berupa cahaya hidayah yang telah masuk dan menyinari seorang jamaah wanita di Las Vegas. Rupanya selama 3 malam berturut-turut, tanpa diketahui oleh sesiapapun, salah seorang jamaah wanita, sister Sarah (bukan nama sebenarnya) tekun mengikuti dan menyimak kajian Bu Hajjah satu-persatu. Hatinya tergetar, jantungnya berdegup kencang menerjang terjang.  Hari pertama dia ikuti pengajian Bu Hajjah dengan penuh perhatian. Hari kedua dia hadir lagi dan ingin hadir lebih awal seakan-akan tidak ingin melewatkan sedikitpun untuk mendengarkan uraian ceramah yang akan disampaikan. Aktif bertanya sana-sini seakan-akan ingin meluapkan semua apa saja yang selama ini menyesakkan dadanya. Tidak cukup, ketika semua hadirin telah pulang dia tetap tinggal, berharap agar dapat bertemu dan bediskusi langsung dengan Bu Hajjah.

Demikian juga pada hari dan malam ketiga, sister Sarah datang lebih awal dan mendengarkan semua ceramah yang disampaikan Bu Hjjah dengan seksama dan penuh perhatian. Disimaknya satu persatu isi ceramah dengan tekun, kadang-kala terlihat dia agak gelisah di tempat duduknya. Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang sedang difikirkan dan dirisaukannya. Hanya dia sendiri yang tahu. Apa yang dapa dlihat adalah apabila ada kesempatan untuk bertanya dan memberikan komentar, dia memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan ini. Seakan-akan ada yang ingin dia cara dan cari yang belum dapat dia temukan selama ini. Semakin dia cari dan cari malam itu, semakin jelas dia lihat cahaya yang datang di ujung terowongan yang gelap. Semakin larut malam, semakin dekat akhir dari ceramah yang Bu Hajjah sampaikan pada malam terakhir di Las Vegas itu, semakin jelas sinar cahaya yang sister Sarah lihat dan semakin mendekati dirinya. Hatinya terasa terang benderang melebihi terangnya gemerlap lampu yang menyinari setiap pojok kota Las Vegas di malam itu.

Seperti malam-malam sebelumnya, setelah acara ceramah pada Selasa malam tanggal 12 April 2011 itu selesai, sister Sarah tidak langsung pulang atau berbaur dengan jamaah lainnya untuk saling sapa atau mencicipi hidangan yang telah disediakan, melainkan dia langsung menyempatkan diri menemui Bu Hajjah. Rupanya kali ini sister Sarah tidak menemui Bu Hajjah sendirian, dia diikuti oleh seorang lelaki disampingnya. Mereka berdua meminta untuk bisa bertemu dan berbicara dengan Bu Hajjah, sambil mengajak Bu Hajjah berpindah tempat sedikit ke tempat yang agak bersifat private di rumah itu, di pojok suatu ruangan.

Sister Sarah memperkenalkan lelaki yang berada disampingnya itu kepada Bu Hajjah, “Bu Hajjah, perkenalkan ini Abdullah”. (bukan nama sebenarnya). Kami ketemu Ibu ingin bertanya Bu”

O silahkan bertanya apa-apa saja yang mungkin kurang jelas”, sambut Bu Hajjah seperti biasanya dengan tenang dan ramah.

“Tidak Bu Hajjah, semuanya sudah jelas pada saya, tidak ada yang ingin saya tanyakan, semuanya sudah jelas”, tegas sister Sarah.  “Apa yang Ibu sampaikan selama ceramah 3 malam ini, telah menguatkan hati saya. Saya ingin mengucapkan syahadat, saya ingin masuk Islam malam ini”, sambung sister Sarah dengan penuh semangat.

“Allahu Akbar”, terlontar dari mulut Bu Hajjah menyaksikan peristiwa yang sama sekali tidak diduganya ini.

Lelaki yang bersama sister Sarah tadi, brother Abdullah, tiba-tiba menangis terisak-isak. Air matanya berlinang mengucur membasahi pipinya. Tanpa kuasa menahan tangisnya, brother Abdullah dengan terbata-bata mengucapkan, “Bu Hajjah, do’a saya selama ini akhirnya di kabulkan oleh Allah pada malam ini. Sudah lama saya menanti saat-saat seperti ini. Sarah adalah isteri saya. Dia beragama Kristen dan saya Islam. Kami sudah menikah di catatan sipil di sini. Kami sudah menikah lebih kurang 5 tahun. Selama ini kami masing-masing dengan agama kami. Namun saya selalu berdo’a agar Sarah masuk Islam. Syukur, malam ini dia akhirnya mengucapkan dua kalimah syahadat”.

Alhamdulillah, pada malam itu sister Sarah mengucapkan syahadat dan berikrar masuk Islam. Mereka berdua berjanji akan melaksanakan pernikahan syah kembali secara Islam, melalui akad nikah secara Islam.

Para jamaah yang masih tinggal pada malam itu mengucapkan syukur dan tahniah kepada sister Sarah dan brother Abdullah. Tidak ada lagi ganjalan yang dirasakan oleh sister Sarah dan brother Abdullah terhadap status perkawinan mereka dari sudut pandang agama Islam serta juga bagi semua sahabat-sahabat mereka jamaah muslim Indonesia di Las Vegas. Semuanya telah menjadi jelas. Semuanya telah menjadi terang, karena malam ini Las Vegas telah disinari oleh gemerlap cahaya yang terang benderang, bukan oleh cahaya lampu-lampu disepanjang jalan dan gedung-gedung serta pusat-pusat hiburan malam, akan tetapi cahaya hidayah yang memancar dari relung hari sanubari seorang muallaf, sister Sarah, teman, sahabat, kenalan dan saudara mereka dalam Islam.

Bagi Bu Hj. Irena Handono sendiri, ini adalah pengalaman yang luar biasa dalam perjalanan syiar dakwahnya di Amerika Serikat dan Kanada. Tidak pernah menyangka peristiwa semacam ini akan terjadi. Islam itu memang luar biasaya, kata Bu Hajjah. Allah itu Maha Besar dan Maha Agung. Islam itu rahmatin lil alamin serta bumi ini adalah milik Allah. Siapa yang menyangka di kota Las Vegas yang dijuluki sebagai the sin city ini, justeru dipilih oleh Allah sebagai tempat seorang hamba-NYA mendapatkan hidayah, mendapatkan sinar Islam. Ini membuat kita semua, sambung Bu Hajjah, semakin yakin akan Kekuasaan dan keMaha Besaran Allah SWT.



Houston, 18 April, 2011
Zulfan Efendi

Catatan: Sarah dan Abdullah bukan nama sebenarnya. Untuk sementara ini, mereka berdua meminta agar identitas mereka berdua tidak diekspos dulu. Mereka ingin mereka berdua orang yang pertama yang akan menyampaikan berita Sarah masuk Islam ini kepada orang tua mereka dan kedua pihak family mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.