Selasa, 22 Desember 2015

Hj. Irena Handono: Pahami Dunia Awal Muallaf

SETELAH menjadi muallaf beberapa tahun lalu, Hj Irena Handono, semakin aktif dalam bidang dakwah. Tak hanya itu, dia pun tergerak untuk mencurahkan perhatiannya pada pembinaan muallaf.

Hj Irena pun paham betul seluk beluk dalam pembinaan agar hasilnya lebih efektif. Menurutnya, agar pembinaan dapat berjalan dengan baik, para pembina terlebih dulu harus mengenali dengan baik masa lalu atau dunia awal para muallaf.

''Yang paling dibutuhkan untuk pembinaan dan pembelajaran bagi muallaf, kita harus ingat karena berasal dari rumpun yang berbeda, minimal para pembina harus faham tentang dunia mereka yang lama,'' tandas pimpinan Irena Handono Center ini.

Kepada Damanhuri Zuhri dari Republika belum lama ini, Hj Irena memaparkan secara panjang lebar seputar upaya pembinaan muallaf, kondisinya kini, kendala dan bagaimana seharusnya umat memberikan kepedulian. Berikut petikan wawancaranya:

Bisa dijelaskan, langkah apa saja yang perlu dilakukan dalam rangka membina para muallaf?
 
Ketika kita berhadapan dengan persoalan muallaf dan kemudian menukik kepada pembinaan muallaf, kita harus faham dulu siapa yang dimaksudkan muallaf ini. Setelah kita faham barulah kita akan mampu melaksanakan suatu pembinaan.

Muallaf adalah mereka yang baru masuk Islam. Dalam arti kata mereka ini orang yang masih mempelajari Islam. Intisarinya, para muallaf berasal dari akidah yang berbeda dengan Islam. Sehingga ketika dia menyatakan diri menjadi Islam dengan ditandai mengucapkan dua kalimat syahadat, itulah awal hidupnya sebagai Islam.

Masalahnya, meniti hidup secara Islami ini yang bagaimana. Karena dia berangkat dari akidah yang bukan Islam, yang berbeda dengan Islam, sementara innaddina indallahil islam, agama yang mendapatkan ridha Allah hanya Islam, maka di sinilah belajar itu diperlukan.

Bagaimana metode belajarnya?

Macam-macam bentuknya. Tetapi yang penting, yang paling dibutuhkan untuk pembinaan atau pembelajaran bagi muallaf, kita harus ingat karena berasal dari rumpun yang berbeda, minimal para pembina ini harus faham tentang dunia mereka yang lama.

Bagi saya ini suatu kemutlakan karena kalau kita tidak mengenal atau tidak mengetahui bagaimana dunia mereka yang lama, maka kita menjadi tidak memahami atau memperlakukan dia sama dengan memperlakukan diri kita sendiri yang memang terlahir sebagai Islam.

Maka akan banyak muncul suatu benturan kecil atau besar yang sering kali karena si muallaf nantinya merasa, ''Saya kok nggak difahami?'' ''Kenapa kok begini?'' ''Kenapa kok begitu?''. Nah ini modal pembinaan, harus mengetahui, harus faham dunia awal si muallaf itu sendiri.

Materi apa yang paling dibutuhkan seorang muallaf?

Kembali lagi, kalau kita berbicara tentang sebuah agama, semua penganut agama di dunia ini menyatakan dirinya sebagai agamanya sebagai agama yang mutlak dan benar-benar dan benar. Kita berbicara dengan orang Kristen. Orang Kristen pun menyatakan seperti itu, juga orang Hindu, Budha dan lainnya.

Artinya, ketika seorang muallaf sudah menetapkan diri dengan keyakinan bahwa Islam agama yang haq, maka dia dibimbing untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Jadi, berarti proses, dan proses ini perlu diperkuat terus. Dikaji sampai benar-benar melekat dan menjadi penghayatan hidupnya.

Misalnya kita kembali pada zaman Rasulullah SAW, jujur saja semua sahabat itu muallaf. Benar nggak? Tapi permasalahannya bagaimana para sahabat Rasulullah SAW mempunyai keimanan yang demikian tegak, tak tergoyahkan seperti sahabat Bilal bin Rabah.

Nah, apa yang Rasulullah SAW tanamkan kepada Bilal dan juga para sahabat? Jawabannya adalah penanaman akidah tauhid. Tauhid itu kalau sudah tertancap luar biasa nggak bisa digoyang apapun.

Dari pengalaman selama ini, bagaimana pembinaan kepada mereka, apakah sudah yang seperti diharapkan seperti yang dilakukan Rasulullah SAW kepada Bilal dan sahabat?

Saya berbicara dalam kaitan optimalisasi. Sesuai dengan tuntutan agama bahwa ayat Allah dan hadis menyatakan bahwa kita harus selalu berevolusi dari hari ke hari. Jadikanlah hari ini lebih baik dari pada kemarin. Kalau saat ini bagaimana pembinaan muallaf, saya yakin bahwa apa yang sudah dilakukan oleh para pembina, tentu itu yang terbaik.

1 komentar:

  1. Umi saya mau nanya, saya punya beberapa kenalan atau bisa dibilang teman, yang saya duga misionaris. Memang mereka tidak pernah menyatakan mereka itu misionaris atau bukan tapi berdasarkan pola pikir dan karakter serta orang-orang di komunitasnya saya menduga mereka misionaris. Kami sering ngobrol dan diskusi masalah sehari-hari. Mereka sering mengajak saya untuk berkunjung ke rumah mereka dan beberapa kali saya sudah datang dengan alasan sebagai kunjungan antarteman. Karena saya tidak tau apa yang ada di benak mereka apakah ada unsur "lain" atau hanya sebuah hubungan biasa tanpa ada embel-embel apapun. Bagaimana menurut umi, apakah sikap yang saya ambil sudah tepat atau belum? -terimakasih-

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.