Kamis, 11 Desember 2014

Bolehkah Mengucapkan Selamat Natal?

Di bulan Desember ini seperti tahun-tahun sebelumnya dan sepanjang tahun, selalu muncul pertanyaan yang ditujukan kepada saya, tentang boleh tidaknya mengucapkan 'Selamat Natal'. Jawaban saya cukup singkat: TIDAK!

Sebagian memberikan alasan bahwa mereka masih terikat pada pekerjaan yang dalam posisi sulit mengelak untuk mengucap 'Selamat Natal' pada relasi, customer, bos, atau atasan. Sebagian yang lain beralasan karena untuk menjaga hubungan baik, kekerabatan, kekeluargaan dengan saudara, ipar, orang tua, mertua ataupun tetangga.


Bahkan ada yang berdalih, rekan kerja suaminya, tetangga atau kerabatnya yang beragama Kristen, selalu hadir saat Idul Fitri, memberikan selamat dan bahkan ikut meramaikan perayaan Idhul Fitri di rumah. Maka, 'tidak enak' rasanya kalau harus cuek kala mereka sedang merayakan Natal. Dan seringkali 'toleransi' dijadikan dalih untuk menempatkan Muslim pada posisi sulit sehingga terjebak untuk berpartisipasi dalam kegiatan Natal.

Dan jawaban saya tetap tidak pernah berubah, cukup singkat, TIDAK BOLEH!. Apapun alasan, kita tidak boleh mengucapkan 'Selamat Natal' dalam apapun kondisinya.

Kali ini kita tidak membahas tentang Natal dari sudut sejarah. Karena insyaAllah kita sudah mengetahui semua, bagaimana sejarah Natal dan pengaruh budaya pagan Romawi yang kental mewarnai ritual 25 Desember ini. Namun kita akan membahas Natal dari sisi ibadah dan dampaknya pada aqidah.

Hakekat Natal

Natal adalah sebuah peringatan terhadap lahirnya Yesus (Isa as) sebagai Tuhan. Apakah benar Yesus dilahirkan pada 25 Desember? Tidak juga. Alquran menginfor-masikan bahwa Isa as lahir saat pohon kurma sedang berbuah lebat hingga buah-buahnya jatuh berguguran. Dan ini mustahil terjadi pada bulan Desember.

Namun yang penting ditekankan disini bahwa Natal adalah peringatan terhadap hari lahirnya/hadirnya Yesus sebagai Tuhan. Yang perlu digarisbawahi adalah kalimat, 'Yesus sebagai Tuhan'. Sehingga, peringatan Natal ini sesungguhnya adalah sebuah ibadah. Sebuah ibadah inti dalam agama Kristen. Karena tanpa peringatan 25 Desember (lahirnya Tuhan) maka eksistensi agama Kristen pun tidak ada.

Natal adalah ibadah yang masuk dalam wilayah aqidah. Karena di sinilah mula eksistensi ketuhanan agama lain (Kristen). Natal adalah salah satu inti iman Kristen.

Idul Fitri

Berbeda dengan Natal. Idhul Fitri adalah sebuah perayaan Muslim setelah melakukan puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Idul Fitri diisi dengan acara silaturahim, maaf memaafkan antara keluarga, tetangga, kerabat dekat maupun jauh, relasi di kantor, dsb. Perayaan ini memasuki wilayah hablu-minannas.

Konsistensi Menjaga Aqidah

Ketika seorang Kristen datang pada saat Idul Fitri dan mengucapkan selamat Idul fitri atau bahan ikutan mengucap 'mohon maaf lahir bathin', sesungguhnya tidak ada pelanggaran aqidah/iman yang dilakukan oleh orang Kristen tersebut terhadap agamanya. Mereka sangat menyadari hal ini. Jadi jangan heran ketika mereka sangat antusias ikut serta dalam perayaan Idhul Fitri. Karena tidak ada pelanggaran apapun dalam iman mereka. Tapi justru ini menjadi pintu masuk untuk menunjukkan bahwa mereka sangat toleran terhadap umat Islam dan secara tidak langsung juga menuntut agar umat Islampun toleran terhadap mereka dan agar Muslim tidak menolak ketika mereka mengajak untuk berpartisipasi dalam Natal. Ini tidak fair!

Tapi coba perhatikan, adakah mereka mau mengucapkan selamat kita Muslim merayakan Idhul Adha (Idul Qurban)? Tentu tidak pernah dan mereka tidak akan mau. Karena ketika seorang Kristen mengucapkan Idhul Adha kepada Muslim, maka ia sudah melanggar iman mereka. Mengapa demikian?

Idhul Adha

Bagi umat Islam, Idhul Adha adalah peringatan yang merefleksikan peristiwa keikhlasan dan loyalitas Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT dengan mengikhlaskan putranya Nabi Ismail AS untuk disembelih.

Namun dalam keimanan Kristen, putra tunggal Nabi Ibrahim AS adalah Ishak AS. Bibel tidak mengakui Nabi Ismail sebagai putra nabi Ibrahim. Iman Kristen sebagai mana yang tertulis dalam Bibel menyatakan bahwa putra yang akan disembelih oleh Nabi Ibrahim adalah Ishak, bukan Ismail.

Kejadian 22:2
Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."
Bahkan lebih jauh, Nabi Ismail AS yang dihormati dalam Islam sebagaimana nabi-nabi yang lainnya, namun dalam Kristen Nabi Ismail dikatakan sebagai seorang laki-laki yang perilakunya seperti keledai liar.

Kejadian 16:11-12
Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu.

Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya."

Sehingga, jika seorang Kristen meng-ucapkan selamat Idhul Adha berarti ia telah mengingkari ayat-ayat dalam kitab suci mereka. Menodai keimanan mereka terhadap firman Tuhannya.

Jika ucapan Idhul Fitri tidak membawa dampak apa-apa bagi umat Kristen, tapi justru menguntungkan mereka. Namun ucapan Idhul Adha justru akan sangat membahayakan iman/aqidah mereka. Dan hingga saat ini mereka sangat konsisten mempertahankan iman mereka.

Pertanyaannya, mengapa kita sebagai Muslim harus mempertaruhkan atau bahkan menggadaikan aqidah kita dengan mengucap 'Selamat Natal' atas dalih toleransi? Ini bukan toleransi, tapi pemerkosaan aqidah.

16 komentar:

  1. Selamat merayakan Idul Adha, buat sdr-sdr Muslim....

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih tumpak chriztian Tuan Sumerham Manalu, semoga engkau diberikan hidayah oleh Allah SWT. dan menjadi saudara sejati. amiin.

      Hapus
  2. Mengucapkan selamat natal bukan berarti menyetujui doktrin agama Kristen.
    “Sama dengan umat Kristen yang mengucapkan Selamat Idul Fitri bukan berarti langsung mengakui doktrin tauhid ala Islam,”bukan begitu bu Hajjah..???? tolong beritahu saya di Quran maupun di hadis mana yang melarang untuk mengucapkan Selamat Natal Coba aja dicari dulu baru anda ceramah..
    “Tak ada paksaan untuk ucapkan Selamat Natal/Selamat Idul Fitri. Yang mau monggo, yang ngga juga ndak apa-apa. Tapi kalau MENGHARAMKAN......CkCkCk.
    Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di berkata:

    “Pengkafiran itu adalah hak Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu tidaklah seseorang itu kafir kecuali orang yang dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya.” Kita semua pasti juga tidak asing dengan hadist ini. Rasul bersabda: “Siapa yang memanggil seorang dengan kalimat ‘Hai Kafir’, atau ‘musuh Allah’, padahal yang dikatakan itu tidak demikian, maka akan kembali pada dirinya sendiri”.
    Saya bukan pengatur dosa atau pahala, tapi saya harus sampaikan ini :

    " Seseorang hamba yang membicarakan sesuatu yang belum jelas baginya (hakikat dan akibatnya) akan dilempar ke neraka sejauh antara timur dan barat." (HR Muslim )

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe...Aneh2 aja klo ngasih statement...Kalau begitu Saya balik bertanya....Saya jg minta tolong anda sebutkan Ayat/Hadist yg membolehkan dalam mengucapkan Natal?

      Hapus
    2. Yayuk, pada kalimat diatas tidak ada kalimat atau pun kata MENGHARAMKAN apalagi PENGKAFIRAN, melainkan kata TIDAK dan TIDAK BOLEH,,
      Bila ''seorang hamba yang membicarakan sesuatu yg belum jelas baginya akibat dan hakikat akan dilemparkan ke neraka sejauh timur dan barat'" adalah anda YAYUK sendiri yang nantinya akan dilempar ke dalam kerak NERAKA karena ngomong ngawur. hehe peace..
      Bila mau pakek dalil, ambil yg relevan dgn materi. Hadis nya tu gak nyambung lho. jgn asal copas. ntar dilempar ke neraka. sebagai tambahan bahwa Bunda Hj. Irena Handono dalam berdakwah, beliau sangat memahami hakikat dan akibat dari yg dibicarakan, karna panduan beliau yg pertama adalah Al-Quran dan Assunnah, dan beliau bukan hanya tau hakikat mungkin sudah sampai makrifat...

      Hapus
    3. tidak ada contoh dari Rasulullah SAW bagaimana mengucapkan selamat natal, jadi termasuk yg gak jelas.

      Hapus
    4. apakah Rasul mencotohkan membuat Blog? berkomen di Blog dll? ini juga belum jelas.

      Hapus
  3. "siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka" (HR Ahmad, Abu Dawud, Thabrani)

    BalasHapus
    Balasan
    1. tabayyun? anda komen diblog ini, blog buatan orang non muslim. ini juga termasuk tabayyun, komputer yang anda gunakan?

      Hapus
  4. http://media.isnet.org/islam/Quraish/Membumi/Natal.html oleh Dr. M. Quraish Shihab, Wallhualam Bissawab

    BalasHapus
  5. Kafir adalah suatu julukan kepada yg tdk percaya kpd Allah dn Rasul Muhammad. Jugq tdk percaya kpd Al Quran dn Sunnahnya. Jelas Aqidah Islam sdh menjelaskan bahwa seseorang atau kaum bisa digolongkan kpd kafir bila termasuk kpd yg tdk percaya kpd Allah dn Rasulnya. Kenapa Allah menurunkan Al Quran spy kita terhindar dri sikap kafir. Jadi bila disebutkan bahwa kafir adalah urusan Allah adalah suatu bentuk kemunkaran krn tdk ada batasan yg membedakan antara Islam dn kafir..

    BalasHapus
  6. Goblok koq di pelihara ya ga boleh ngucapkan apasih susahnya

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. Ibu Hj irena handono terimakasih atas ilmunya.. :)
    Dan saya jg sangat bangga di kelas 1 SMP bisa memiliki buku ibu yg berjudul ISLAM DIHUJAT yg semua isinya menjawab ttg buku The Islamic Invasion.
    hingga skrg ini sy masih menyimpannya.

    Semoga bermanfaat
    Aminn

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.